Sepanjang 2021 GOTO Masih Rugi

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) sepanjang tahun 2021 masih mencatatkan angka kerugian. Andre Soelistyo, CEO Grup GoTo mengatakan, rugi bersih perseroan sepanjang tahun 2021 meningkat dari Rp 1,96 triliun menjadi Rp 6,6 triliun.

”Rugi bersih kami meningkat dari Rp 1,96 triliun menjadi Rp 6,6 triliun. Karena laporan keuangan GOTO dan anak perusahaannya tersaji tanpa Tokopedia. Ini karena penggabungan Gojek dan Tokopedia, selesai pada Mei 2021,” kata Andre, Senin 30 Mei 2022.

Berdasarkan laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), rugi diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp 21,39 triliun. Bandingkan dengan tahun sebelumnya Rp 14,2 triliun.

Rugi bersih juga karena lonjakan beban. Mencakup beban pokok pendapatan yang naik menjadi Rp 3,7 triliun dari sebelumnya Rp 2,4 triliun. Kemudian, beban penjualan dan pemasaran menjadi Rp 8,9 triliun dari sebelumnya Rp 2,5 triliun.

Kemudian, beban umum administrasi juga melonjak menjadi Rp 7,7 triliun. Sementara sebelumnya sebesar Rp 3,9 triliun. Beban pengembangan produk juga naik menjadi Rp 2,4 triliun, dari sebelumnya Rp 2,03 triliun.

Sementara itu, beban penyusutan dan amortisasi juga naik Rp 2,4 triliun dari tahun 2020 sebesar Rp 1,2 triliun. Demikian juga dengan beban operasional dan pendukung yang bertambah menjadi Rp 1,5 triliun dari tahun 2020, sebesar Rp 1,3 triliun.

Sementara itu, sepanjang tahun 2021 pendapatan bruto GoTo tumbuh 45 persen yoy mencapai Rp 17,1 triliun dari Rp 11,85 triliun. Sementara pendapatan bersih naik 9 persen menjadi Rp 5,30 triliun dari Rp 4,82 triliun.

GTV perusahaan juga naik 40 persen menjadi Rp 461,60 triliun. Berbanding dengan Rp 330,18 triliun di 2020. Sementara itu, EBITDA yang sesuai turun 14 basis poin menjadi Rp 5,4 triliun dari kuartal IV tahun 2021, sebesar Rp 6,2 triliun.

Angka GTV ini setara dengan 2,72 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di tahun 2021. Sebesar Rp 16.970,8 triliun sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS). EBITDA juga mencerminkan adanya tren penurunan kerugian berkat upaya monetisasi perusahaan yang lebih baik serta optimalisasi biaya pengeluaran.

Andre merinci, dari jumlah GTV ini,

  • Kontribusi bisnis on-demand services (mobilitas, pesan-antar makanan dan bahan kebutuhan pokok, dan logistik) mencapai Rp 50,31 triliun di 2021, naik 25,21 persen dari Rp 40,18 triliun
  • e-commerce senilai Rp 230,59 triliun, tumbuh 45,82 persen dari Rp 158,13 trliiun
  • Financial technology (fintech) sebanyak Rp 214,91 triliun, melesat 80 persen dari sebelumnya Rp 119,52 triliun.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Tindakan OPM Semakin Keji, Negara Tegaskan Tidak Akan Kalah Lawan Pemberontak

Organisasi Papua Merdeka (OPM) banyak melancarkan aksi kekejaman yang semakin keji. Maka dari itu, negara harus tegas untuk tidak...
- Advertisement -

Baca berita yang ini