Minews, Indramayu – Para petani yang tergabung dalam Serikat Petani Indonesia (SPI) mengkritik kebijakan Harga gabah di tingkat petani di Kabupaten Indramayu semakin turun. Petani berharap pemerintah dapat secepatnya tentukan harga pembelian pemerintah (HPP) yang baru.
SPI Kabupaten Indramayu menyoroti harga gabah dan beras yang kini terus naik akibat rendahnya harga jual di musim panen sebelumnya. Menurutnya, harus ada sinkronisasi antara kondisi riil di lapangan dengan kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah. (19/03/2023)
“Itu harusnya bulog yang bertanggung jawab kan dia yang ngasih harga, pada akhirnya kembali lagi petani yang terkena dampaknya dan kesejahteraannya,” pungkas Tri Utomo.
Petani masih belum merasa sejahtera, pasalnya menurut Ketua Serikat Petani Indonesia (SPI) Kabupaten Indramayu, Tri Utomo, petani masih ada biaya produksi, biaya modal cukup tinggi (BPPBM) dan faktor harga pupuk.
“Hal yang perlu dicatat adalah biaya produksi biaya modal (BPPBM), misalnya seperti halnya biaya pembelian pupuk kendala itu permasalahannya ketika produksi surplus yang merugikan petani dan tidak relevannya harga jualnya terlalu rendah,” pungkas Tri Utomo.
Tidak sampai disitu selanjutnya pertanian sangat berhubungan dengan keadaan cuaca, iklim dan dampak buruk kejadian ekstrem cuaca/iklim dapat mengakibatkan produksi secara kuantitas maupun kualitas, berkembangnya hama penyakit mengancam tanaman para petani.
“Tantangan petani sangat besar terutama dalam produksi secara kuantitas maupun kualitas, namun juga kebijakan-kebijakan pemerintah yang menjadi para petani menjadi sulit sejahtera, ” terangnya.
Menurut Tri Utomo saat ditemui menerangkan pasca adanya pertemuan dengan beberapa lapisan masyarakat dan lembaga sudah berkoordinasi soal harga yang menurutnya sudah tepat.
“Sudah sempet ada pertemuan pasca harga itu sempat ramai, kita minta Badan Pangn Nasional (Bapanas) untuk naikkan harga makanya sudah keluar hari ini namun belum sesuai saat kita berikan saran,” pungkasnya.