MATA INDONESIA, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis soal neraca perdagangan Indonesia untuk bulan September 2020. Neraca perdagangan Indonesia pun surplus 2,44 miliar dolar AS. Jumlah ini lebih baik dari Agustus 2020 yang sebesar 2,35 miliar dolar AS.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, kenaikan neraca perdagangan ini ditopang oleh kinerja ekspor minyak dan gas (migas) yang naik 17,43 persen menjadi 0,70 miliar dolar AS dari total ekspor Agustus 2020 yang senilai 0,60 miliar dolar AS.
“Sedangkan kalau dibanding dengan pencapaian pada September 2019, ekspor migas Indonesia naik tipis 0,21 persen,” ujarnya di Jakarta, Kamis 15 Oktober 2020.
Selanjutnya kontribusi ekspor non migas bagi neraca perdagangan sebesar 13,31 miliar dolar AS atau naik 6,47 persen dari 12,5 miliar dolar AS pada Agustus 2020. Sementara kalau dibanding dengan pencapaian pada September 2019, ekspor non migas Indonesia turun 12,44 persen dari 0,80 miliar dolar AS.
Sedangkan secara total ekspor migas dan non migas untuk bulan September naik 6,97 persen menjadi 14,01 miliar dolar AS dari 13,10 miliar dolar AS pada Agustus 2020.
Peningkatan ekspor non migas disumbang oleh ekspor industri pertanian 20,84 persen menjadi 410 juta dolar AS dan industri pengolahan naik 7,37 persen menjadi 11,56 miliar dolar AS, sedangkan industri pertambangan turun 4,1 persen menjadi 1,33 miliar dolar AS.
Lalu berdasarkan kode HS, peningkatan ekspor terjadi di besi dan baja sekitar 32,5 persen menjadi 1,08 miliar dolar AS, lemak dan minyak hewan nabati naik 4,7 persen menjadi 1,7 miliar dolar AS, kendaraan dan bagiannya naik 28,3 persen menjadi 642 juta dolar AS, mesin dan perlengkapan elektrik 1,4 persen menjadi 436,3 juta dolar AS serta alas kaki naik 5,8 persen menjadi 326,5 juta dolar AS.
Selanjutnya dilihat dari negara tujuan ekspor, peningkatan nilai ekspor nonmigas terjadi ke Cina sebesar 163,3 juta dolar AS, India 120,6 juta dolar AS, Jepang 79,6 juta dolar AS, Amerika Serikat 66,8 juta dolar AS, dan Malaysia 66,4 juta dolar AS.