Marburg, maaf saja, kami sudah letih berhadapan dengan mahluk  sejenis Anda!

Baca Juga

Mata Indonesia, Jakarta – WHO kembali pusing. Dan itu memberi sinyal agar  dunia kembali waspada atas gejala penularan virus marburg di Afrika.  Selasa kemarin, 14-02-2023,  Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengadakan pertemuan darurat berkaitan dengan meninggalnya sembilan  orang warga di Guinea, negara Afrika Tengah.

 
Analisa sementara, sebagaimana dikemukakan Menteri Kesehatan Guinea Mitoha Ondo’o Ayekaba, mereka meninggal karena demam berdarah Marburg. Virus ini, wujudnya,  menyerupai virus Ebola yang telah menyebabkan banyak kematian di Afrika.

Sebagai langkah antisipatif, sebagaimana tuturan AFP, WHO mengadakan pertemuan dan mendesak konsorsium vaksin virus Marburg (MARVAC) untuk membicarakan pencegahan dan penanganan virus mematikan ini, kemarin, pada pukul 3 sore waktu setempat.

Meninggalnya Sembilan orang di Guinea karena terinveksi virus Marburg,  bukan kali pertama terjadi. Pada Agustus 2021, untuk pertamakalinya, Pemerintah Guinea mengonfirmasi kasus infeksi virus Marburg di Prefektur Gueckedou bagian selatan, Afrika Barat.

Gejala yang nampak pada mereka yang terinveksi virus ini, terlihat setelah virus tersebut meresap antara dua hari hingga tiga minggu. Gejala awal yang ditimbulkan Marburg, korban akan mengalami demam tinggi, sakit kepala parah, sakit perut dan kram, serta diare berair yang parah.

Pihak berwenang WHO menyatakan  sampai saat ini belum ada vaksin atau perawatan antivirus yang disetujui untuk mengobati Marburg. Sejauh ini hanya ada perawatan potensial, termasuk produk darah, terapi kekebalan dan terapi obat. Adapun vaksinnya sedang terus menerus dievaluasi.

Direktur Regional WHO untuk Afrika Matshidiso Moeti seperti dikutip dari AFP, waktu itu sudah menyampaikan kegusarannya. Dunia yang kala itu  masih kalang kabut oleh virus Covid, dihimbaunya untuk tidak menyepelekan penyebaran virus Marburg yang juga mematikan.   

WHO menyatakan, Tingkat kematian dalam kasus terinveksi virus Marbug dikonfirmasi berkisar antara 24% hingga 88%. Maka tidak berlebihan jika berbagai pihak terkait kemudian mengambil ancang-ancang, untuk mencegah daya tularnya.  

Sebab vitus ini juga bisa menjadi masalah dunia. “Potensi virus Marburg untuk menyebar jauh dan luas. Itu  berarti kita harus serius  menghentikannya,” kata Direktur Regional WHO untuk Afrika Matshidiso Moeti seperti dikutip dari AFP.

Virus Marburg adalah patogen yang sangat berbahaya yang menyebabkan demam parah. Seringkali ini disertai dengan pendarahan dan kegagalan organ. Marburg awalnya ditularkan secara zoonosis, artinya pada awalnya ditularkan ke manusia melalui hewan.

WHO mengklarifikasi bahwa pembawa utama Marburg adalah kelelawar buah Afrika.
Marburg menyebar melalui kontak dari kulit-ke-kulit dan dari bahan-bahan. Seperti tempat tidur atau pakaian yang terkontaminasi orang yang terinfeksi. Meresahkan bukan?

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Wujudkan Data Statistik Berkualitas untuk Pembangunan, Pemkab Sleman Susun Roadmap Pembangunan Statistik Sektoral Tahun 2025-2045

Mata Indonesia, Sleman – Penyelenggaraan statistik sektoral di Kabupaten Sleman perlu diperkuat guna menghasilkan data statistik sektoral yang akurat, mutakhir, terintegrasi, akuntabel, mudah diakses dan berkelanjutan, sehingga perencanaan pembangunan dapat dilakukan secara lebih tepat, terukur, dan tepat sasaran. Dengan demikian, kebijakan dan strategi penyelenggaraan statistik sektoral secara terinci akan dapat mewujudkan hal tersebut.
- Advertisement -

Baca berita yang ini