MATA INDONESIA, NEW YORK – Inflasi di Amerika Serikat makin tak terkendali. Dampaknya sejumlah perusahaan besar mulai mengurangi jumlah pegawainya. Salah satunya adalah Wallmart.
Supermarket terkemuka di AS ini Amerika ini memutuskan pekerjaan sekitar 200 pekerja. Perusahaan ritel terbesar di AS tersebut, memproyeksi penurunan penjualan akibat tingginya inflasi di AS.
The Wall Street Journal, mengonfirmasi kabar PHK tersebut ke pihak internal Walmart yang mengetahui hal itu. Langkah pemangkasan jumlah pekerja setelah minggu lalu Walmart memproyeksi penurunan laba akibat turunnya angka penjualan.
Juru bicara Walmart, Anne Hatfield, mengatakan Walmart sedang memperbarui struktur organisasi perusahaan. “Itu bagian dari strategi perusahaan mengembangkan positioning yang lebih baik untuk masa depan yang kuat,” katanya.
Perusahaan yang pernah dimiliki Warren Buffett ini sedang mengembangkan investasi di bidang lain, termasuk e-commerce dan teknologi.
Walmart merupakan perusahaan ritel di AS dan salah satu dari lima besar di dunia. Jumlah total pekerja-nya mencapai 1,6 juta. Ketika merilis proyeksi penjualan penurunan pada 25 Juli 2022 lalu, Walmart membuat cemas kalangan investor.
Dalam pengumuman itu, Walmart mengatakan konsumen AS menurunkan belanja barang-barang sekunder, karena memperketat pengeluaran belanja pangan. Wallmart itu juga memperkirakan laba operasi untuk setahun penuh turun sebanyak 13 persen.
Atas proyeksi itu, Walmart juga mengurangi stok untuk menghindarkan risiko kerugian dari barang yang tak laku terjual. Hal ini tentu punya efek domino ke kalangan pemasok.