MATA INDONESIA, JAKARTA-Lebih dari 1.000 warga dari empat kampung di Distrik Tembagapura ke Timika terus dievakuasi. Hal itu imbas dari teror yang dilakukan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Wakil Bupati Mimika, Johannes Rettob mengatakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mimika, Provinsi Papua berharap situasi ini segera berakhir.
“Perlu segera diambil solusi yang tepat agar situasi keamanan di Waa, Banti, Kimbeli, Opitawak dan Utikini bisa kembali pulih. Kami tidak tahu butuh waktu berapa lama untuk situasi di Tembagapura itu bisa kembali normal seperti dulu,” katanya seperti dilansir dari Antara, Senin 9 Maret 2020.
Ia mengatakan ribuan warga Distrik Tembagapura meminta dievakuasi ke Timika lantaran kondisi keamanan di kampung halaman mereka tidak menjamin masyarakat itu bisa bertahan.
“Masyarakat tentu merasa takut, terancam, traumatis. Kalau mereka bertahan di sana, mereka kesulitan untuk mendapatkan bahan kebutuhan pokok,” katanya.
Untuk beraktivitas seperti pergi mendulang juga tidak bisa, makanya mereka meminta pemerintah bersama aparat TNI dan Polri serta PT Freeport Indonesia memfasilitasi mereka turun ke Timika.
Dengan kondisi dan situasi yang demikian itu, praktis seluruh pelayanan di bidang pendidikan, kesehatan, dan lainnya juga lumpuh total.
Bahkan untuk bidang pendidikan, anak-anak usia sekolah di Kampung Banti dan sekitarnya itu sudah lama (sekitar tiga tahun) tidak lagi mengenyam pendidikan sejak fasilitas sekolah mereka (SD Negeri dan SMP Negeri Satu Atap Banti) dibakar oleh KKB pada sekitar Februari 2017.
Gelombang evakuasi warga Banti dan sekitarnya ke Timika terjadi sejak Jumat 6 Maret 2020 petang, kemudian berlanjut pada Sabtu 7 Maret 2020 dini hari, dan terakhir pada Minggu 8 Maret 2020 malam sebanyak 614 warga kembali dievakuasi ke Timika.
900 warga dari empat kampung di Distrik Tembagapura mengungsi ke Timika Papua. Mereka mengungsikan diri akibat takut aksi teror penembakan yang dilakukan kelompok kriminal bersenjata (KKB).
Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw mengatakan, 900 orang yang mengungsi berasal dari empat kampung, yakni Utikini, Longsoran, Kimbely dan Banti. Kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak yang takut hingga minta tolong untuk dievakuasi.
“Aparat keamanan TNI-Polri hanya membantu memfasilitasi permintaan tersebut dan mendapat bantuan kendaraan dari PT Freeport untuk mengangkut warga,” katanya.
Dia mengakui, selain mengungsi ke Timika juga ada warga yang lebih memilih mengungsi ke polsek dan koramil di Tembagapura Papua.
Mantan Kapolda Sumut mengakui masih terjadi kontak tembak antara aparat keamanan dengan KKB. Kontak tembak masih terjadi sehingga anggota diminta waspada dan jangan lengah.