Cerita Jurnalis Indonesia Rasakan Suhu 40 Derajat Celcius di London

Baca Juga

MATA INDONESIA, LONDON – London mencatatkan sejarah dimana suhu mencapai 40,2 derajat Celcius. Gelombang panas yang terjadi di Negeri Ratu Elizabeth itu menjadi paling tinggi sejak 2019.

Selasa 19 Juli 2022, suhu di London mencapai 40,2 derajat Celcius atau yang paling tinggi sepanjang sejarah. Dalam tiga hari terakhir, suhu di ibu kota Inggris naik perlahan. Di hari Minggu tercatat 38 derajat, dan Senin naik 39 derajat Celcius.

Jurnalis asal Indonesia yang bekerja di BBC, Mohamad Susilo menceritakan pengalamannya merasakan suhu udara tertinggi yang pernah terjadi di London.

“Dalam tiga hari terakhir suhu di London panas sekali. Mulai dari Minggu hingga Selasa. Hari ini Rabu suhu sudah turun mencapai 26 derajat Celcius,” ujar Susilo, kepada Minews.id.

Akibat suhu udara yang tinggi, transportasi di London pun mengalami gangguan. Hanya sedikit jalur kereta bawah tanah beroperasi. Begitu juga dengan bus.

“Jalur kereta banyak yang ditutup karena suhu yang tinggi berbahaya bagi rel. Sebab, rel di Inggris nggak didesain untuk suhu tinggi seperti ini. Bus-bus juga banyak nggak beroperasi,” katanya.

Pemerintah daerah London memperbolehkan anak sekolah dan pekerja kantor untuk bekerja dari rumah selama tiga hari tersebut.

“Sekolah memperbolehkan anak-anak belajar di rumah atau bagi yang mau datang langsung ke sekolah juga boleh. Hal serupa berlaku bagi pekerja kantor,” ucapnya.

Susilo menyebut, sepanas-panasnya musim panas di Inggris, suhu udara tidak pernah melebihi 30 derajat Celcius. Gelombang panas pernah juga terjadi di 2019 tapi maksimal suhu hanya 36 derajat Celcius.

“Summer (musim panas) di Inggris paling suhunya 22 derajat atau paling tinggi 24 derajat Celcius. Sekarang suhu sekitar 26 derajat Celcius, ini juga belum normal. Tapi jauh lebih baik daripada tiga hari kemarin,” ujarnya.

Berbeda dengan Indonesia yang banyak mengandalkan AC di dalam ruangan, hal ini tak berlaku di Inggris. Hampir tak ada ruangan yang menggunakan penyejuk ruangan.

“Ya di sini kalau seperti tiga hari kemarin panas banget karena nggak ada AC. Beda kalau di Indonesia. Jadi, tidur pun di malam hari terasa nggak nyenyak, karena suhunya 31 derajat Celcius,” katanya.

Susilo mengaku melihat pemandangan langka ketika ingin berbelanja di salah satu pasar swalayan kenamaan Inggris, Tesco. Ada banyak warga setempat berbondong-bondong membeli kipas angin.

“Saya mau belanja susu, agak kaget juga lihat banyak orang beli kipas angin. Ini hal yang langka banget,” pungkasnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini