MATA INDONESIA, JAKARTA – Nama Catalonia pasti tidak akrab di telinga orang Indonesia. Kita lebih akrab dengan Klub Sepakbola FC Barcelona dan Lionel Messi.
Namun keduanya punya persamaan yaitu merupakan simbol perlawanan. Catalonia sudah melakukan perlawanan terhadap Kerajaan Spanyol sejak 1700 an.
Catalonia kehilangan kekuatannya saat Napoli menjadi ibu kota kerajaan Katalan-Aragon pada tahun 1442, dan jatuh lagi bersama kebangkitan Turki Utsmani di Mediterania. Pangeran Karl III dari Austria pun diizinkan mendirikan pengadilan di Barcelona pada tahun 1705, setelah Perang Suksesi Spanyol mendudukkannya ke atas singgasana Spanyol.
Perang itu melibatkan Pangeran Charles dari Austria di pihak Monarki Habsburg, yang didukung oleh Inggris, Skotlandia, Prusia, dan Belanda, dan pasukan raja Bourbon, Philip V dari Spanyol.
Akhirnya Barcelona dan Catalonia kalah pada 1714 dan koalisi yang mengalahkannya melakukan pertemuan untuk memutuskan siapa yang akan menjadi Raja Spanyol. Saat itu, Barcelona dikenal sebagai kota yang makmur karena industri katun.
Maka, pada setiap 11 September diperingati sebagai Hari Nasional Catalonia meski wilayah itu kalah dalam pertempuran dan dimasukkan menjadi bagian dari Spanyol.
Setiap tahun pada tanggal 11 September, akan terjadi prosesi besar dan demonstrasi diselenggarakan di seluruh kota-kota Catalonia yang disebut Hari Nasional Catalan atau ‘La Diada.’
Namun sampai sekarang faktanya, wilayah di utara Spanyol tersebut belum juga menjadi negara yang merdeka, meski berbagai upaya dilakukan. Semisal pada 1901 membentuk liga Regionalis catalonia yang terdiri dari partai sayap kanan konservatif dan nasionalis sebagai alat perlawanan.
Sampai pada 1913, pemimpin liga tersebut, Enric Prat De La Riba berhasil melakukan negoisasi dengan Ibu Kota Madrid Kerajaan Spanyol untuk mendirikan Persemakmuran catalonia. Namun, pada 1925 persemakmuran itu direpresi Kediktatoran Jenderal Spanyol Miguel Primo De Rivera.
Tahun 1931, Francesc Macià, pemimpin karismatik Partai Esquerra Republican De catalonia (ERC) bahkan nekat memproklamirkan Republik Kiri Catalonia. Setelahnya dibentuk pemerintahan otonom catalonia dan menyusun Undang-Undang Otonomi Catalonia.
Macià mendeklarasikan Republik Catalan pada tahun 1931, kemudian menerima tawaran otonomi sebatas negara bagian Spanyol setelah melakukan negosiasi dengan Republik Spanyol Kedua.
Namun, setahun kemudian terjadi perang saudara antara kaum nasionalis yang dipimpin Jenderal Francisco Franco dengan kaum Loyalis yang dipimpin oleh Presiden Manuel Azaña dari Republik Spanyol Kedua. Republik itu pun kalah.
Usai Perang Saudara Spanyol, Jendral Francisco Franco membatalkan otonomi Catalan pada tahun 1938. Setelah meninggalnya Franco pada 1975, partai politik Catalan berfokus mengembalikan otonomi dibanding kemerdekaan penuh.
Puncaknya pada 1 Oktober 2017 saat para pemimpin Catalonia mengumumkan kemerdekaan sepihak setelah melakukan referendum.
Akhirnya, referendum itu memicu krisis politik di Spanyol, antara kawasan otonomi Catalonia dengan pemerintah pusat yang saat itu dipimpin kubu konservatif. Madrid kemudian mengirim aparat keamanan untuk menghentikan pemungutan suara di Catalonia.
Beberapa minggu setelah itu, para pemimpin Catalonia mendeklarasikan kemerdekaan wilayahnya dari Spanyol. Pemerintah pusat di Madrid bereaksi dan mencabut otonomi Catalonia, dan Madrid menjalankan pemerintahan langsung atas wilayah berpenduduk 7,8 juta orang itu.
Tokoh utama Catalonia selama aksi referendum, Carles Puigdemont, berhasil melarikan diri ke Belgia sebagai tempat pengasingannya. Permohonan ekstradisi dari Spanyol selama ini ditolak oleh Belgia, dengan alasan pengejaran Puigdemont adalah masalah politik, bukan masalah kriminal.
Selama ini, Catalonia yang berpusat di Kota Barcelona merupakan penyumbang terbesar bagi perekonomian Spanyol mencapai 223,6 miliar euro atau 262,96 miliar dolar AS.
Sementara Klub Sepakbola FC Barcelona yang didirikan 1899 dijadikan simbol budaya Catalan dengan motto “Lebih dari sebuah klub”.
Masyarakat Catalan menjadikan FC Barcelona menjadi harapan catalonia dan disebut sebagai tentara Catalonia yang tidak bersenjata, meski nyatanya selama ini klub itu identik dengan Lionel Messi yang asli Argentina.
FC Barcelona bukan sekadar simbol perlawanan, tetapi juga penyumbang ekonomi kota tersebut.
Menurut laporan Deloitte (lembaga keuangan yang berbasis di Inggris), seperti dikutip Marca, Barca pada tahun lalu memperoleh pemasukan 715 juta euro atau setara Rp 12 triliun. Sebelumnya pada 2019, bahkan mencapai 841 juta euro setara Rp 14 triliun. (Annisaa Rahmah)