Mata Indonesia, Yogyakarta – Politisi PDI Perjuangan, Budiman Sudjatmiko menuai kontroversi terkait keputusannya yang mendukung Ketum Gerindra, Prabowo Subianto yang maju sebagai bakal calon presiden (bacapres) di Pemilu 2024.
Hal itu dilakukan karena Budiman merepresentasikan Prabowo sebagai nasionalis yang tak jauh berbeda dengan marwah PDI Perjuangan. Bahkan mantan aktivis 1998 ini membangun komunitas dukungan bernama Prabu (Prabowo-Budiman) di Semarang, Jateng.
Merespon terkait keputusan Politisi PDI Perjuangan itu, Pengamat Politik Universitas Gadjah Mada (UGM), Mada Sukmajati melihat ada banyak pandangan yang bisa dikuliti dari keputusan tersebut.
Menurutnya ada tiga pandangan dari PDI Perjuangan sebagai partai yang menjadi kelahiran Budiman Sudjatmiko. Kedua dari pribadi Budiman sendiri dan keuntungan dari Gerindra.
“Jadi memang ada tiga pandangan yang bisa ditelusuri dari kondisi tersebut. Kalau dari PDI Perjuangan bisa jadi memecat (Budiman Sudjatmiko), tapi itu harus dipikirkan betul,” kata Mada Sukmajati, Rabu 23 Agustus 2023.
Mada menjelaskan sanksi paling berat yang akan diterima Budiman adalah pemecatan sebagai kader partai. Meski begitu PDI Perjuangan tak akan langsung mengambil keputusan itu, karena jika memecat otomatis akan menguntungkan Budiman Sudjatmiko sendiri.
“Di sisi lain, elektabilitas Ganjar sedang naik. Sehingga dengan merespon Budiman ini dikhawatirkan bisa menurunkan jumlah elektabilitas dari Ganjar. Itu yang dilihat ketika kita memandang dari partai PDIP,” kata dia.
Dari sisi Budiman Sudjatmiko sendiri, kata Mada kemungkinan besar politisi tersebut mencari dukungan lain untuk maju dalam pemilihan caleg.
Budiman Sudjatmiko menganggap bahwa ia cukup layak menjadi caleg, namun dukungannya tak begitu kuat. Sehingga, manuver ke kubu lain dengan wilayah yang lebih luas dianggap mampu mendongkrak suara Budiman.
“Pada 2019 lalu dukungan elektabilitasnya tidak cukup saat itu. Kemudian untuk menjajal hal serupa dia lakukan di Jawa Tengah yang memang ada basis PDI Perjuangan,” kata dia.
Kemungkinan lainnya ada ketidakpuasan dari Budiman Sudjatmiko terhadap komunikasi politik yang menyebabkan ia tak bisa mencalonkan diri sebagai caleg pada Pemilu 2024.
“Dengan bermanuver ke kubu lainnya, setidaknya dia mendapat dukungan baru untuk rencananya ke depan,” ujar dia.
Dari pandangan Partai Gerindra atau Prabowo sendiri, Budiman Sudjatmiko bisa jadi pengerek elektabilitas Ketum Gerindra di perhelatan Pilpres 2024 nanti.
Menurut Mada, massa yang dimiliki Budiman Sudjatmiko bisa menjadi pertimbangan besar. Menyusul kapabilitas sebagai aktivis, termasuk politisi PDIP yang berbasis di Jawa Tengah.
Kendati begitu, Prabowo juga akan memperhitungkan untuk bisa menerima Budiman Sudjatmiko.
Mada menjelaskan bahwa manuver politik yang dilakukan Budiman sendiri sudah diperhitungkan secara matang. Pemilihan Gerindra sendiri bukan tanpa alasan.
Budiman Sudjatmiko yang lahir dari lingkungan nasionalis yakni PDI Perjuangan tentu memilih partai yang tak jauh berbeda dalam mencapai tujuan.
“Jadi kalau melihat PDIP dan Gerindra kan partai nasionalis ya. Kemungkinan itu sudah diperhitungkan Budiman untuk bermanuver karena sama-sama memiliki arah tujuan politik yang tak jauh berbeda,” terang Mada.