MATA INDONESIA, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) telah melaporkan rilis pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk periode April hingga Juni 2020.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat minus 5,32 Persen. Jumlah turun dari 5,07 persen pada periode yang sama di tahun 2019.
“Kalau dibandingkan dengan kuartal I 2020, maka ekonomi Indonesia mengalami kontraksi minus 4,19 persen,” ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam paparan virtualnya yang disajikan lewat YouTube pada Rabu 5 Agustus 2020.
Kemudian pertumbuhan ekonomi Indonesia secara kumulatif pada semester I 2020 mencapai 1,26 persen.
Sementara Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia berdasarkan harga konstan pada kuartal II 2020 sebesar Rp2.589,6 triliun.
Lima sektor utama yang menjadi kontributor utama PDB selama ini pun kompak terkontraksi. Masing-masing sektor itu adalah transportasi dan pergudangan (-1,29 persen), industri pengolahan (-1,28 persen), perdagangan (-1,00 persen), akomodasi dan makanan (-0,66 persen), serta industri lainnya (-1,09) persen.
Suhariyanto menjelaskan bahwa pukulan bagi perekonomian tanah air merupakan imbas sari penyebaran wabah Corona (covid-19)
“Wabah ini memberikan efek domino bagi kondisi Indonesia. Dimulai dari masalah kesehatan hingga merembet ke masalah sosial dan ekonomi,” katanya.
Ia menilai kondisi tersebut bukan persoalan yang mudah.
“Kita bisa melihat negara pada triwulan kedua mengalami kontraksi,” ujarnya.
Suhariyanto juga mengungkapkan bahwa rendahnya inflasi sepanjang April hingga Juni 2020 disebabkan oleh ketiadaan aktivitas ekonomi. Seperti anjloknya sektor transportasi dan akomodasi, pemberlakukan work from home, dan penangguhan aktivitas lainnya.
BPS juga mengungkapkan bahwa selama kuartal II 2020 ini, realisasi investasi yang dicatatkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) juga ikut turun.
Realisasi penanaman modal pada kuartal II 2020 adalah sebesar Rp 191,9 triliun. Jumlah ini turun 8,9 persen dibandingkan dengan kuartal I 2020.
“Atau turun juga dibandingkan kuartal II/2019,” katanya.