Banyak Warga Jogja Bakar Sampah, Kualitas Udara di Jogja Berpotensi Timbulkan Penyakit Pernapasan

Baca Juga

Mata Indonesia, Yogyakarta – Penutupan TPST Piyungan telah memicu sejumlah warga untuk membakar sampah di area terbuka.

Hal ini mengakibatkan kekhawatiran dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) atas potensi dampak negatif terhadap kualitas udara.

Radhita Matardi Wicaksono, Kepala Seksi Pengendalian Pencemaran Air, Udara, dan Kerusakan Lingkungan Hidup DLHK DIY, mengungkapkan bahwa aktivitas pembakaran sampah dapat menghasilkan zat sulfur dioksida (SO2) yang berpotensi mempengaruhi kualitas udara.

“Pembakaran sampah bisa menghasilkan SO2, atau parameter lainnya, yang akan dievaluasi berdasarkan parameter-parameter lainnya,” terang dia Senin, 14 Agustus 2023.

Namun, Radhita menjelaskan bahwa pihaknya belum melakukan pengukuran terhadap kualitas udara di DIY untuk tahun ini.

Secara rutin, DLHK DIY melakukan dua kali pengukuran kualitas udara di wilayah tersebut setiap tahun, dengan menggunakan parameter SO2 dan nitrogen dioksida (NO2).

“Kami belum melakukan pemeriksaan terhadap dampak pembakaran sampah ini. Kami masih belum mengamati dampaknya terhadap kondisi udara di DIY,” katanya.

Radhita menekankan perlunya pengukuran dampak dari pembakaran sampah yang semakin sering terjadi oleh warga. Menurutnya, langkah ini penting untuk memahami sejauh mana dampak dari pembakaran sampah ini terhadap kualitas udara di DIY.

Dia juga menunjukkan bahwa di Kota Jogja telah ada Stasiun Pemantauan Kualitas Udara (Air Quality Monitoring Station atau AQMS) yang mampu mengukur tingkat kualitas udara dalam jarak 5 km.

Berbicara tentang situasi kualitas udara di DIY tahun sebelumnya, Radhita mengungkapkan bahwa kondisinya relatif baik, dengan nilai SO2 dan NO2 berada di sekitar angka 90.

Meskipun ada peningkatan dalam beberapa tahun terakhir, menurutnya kenaikan tersebut tidak signifikan. Radhita mengungkapkan.

“Tren peningkatannya masih terlihat, meskipun tidak terlalu besar, seperti peningkatan sebesar 0,89 hingga 0,90, yang tidak mencapai angka 1,” sebutnya.

Dari analisis tren yang ada, Radhita berpendapat bahwa sektor transportasi merupakan faktor dominan yang berkontribusi terhadap penurunan kualitas udara di DIY.

Di sisi lain, pembakaran sampah sendiri juga berpotensi menimbulkan penyakit pernapasan jika setiap warga di DIY memutuskan untuk menangani sampah dengan membakarnya.

Dinkes Kota Jogja, melalui Kepala Dinkes, Emma Rahmi Aryani mengatakan bahwa pihaknya menekankan agar masyarakat lebih baik menyimpan sampah terlebih dahulu.

“Kalau masalah pernapasan kan seperti ISPA itu berpotensi menjangkit masyarakat. Tapi memang lebih baik tidak sampai dibakar,” kata dia.

Pengangkutan sampah di Kota Jogja sendiri sudah dilakukan. Meski terbatas, upaya Pemkot Jogja tetap mengangkut sampah untuk meminimalisasi.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pembangunan IKN Era Presiden Prabowo Wujudkan Pertumbuhan Ekonomi

Oleh: Adnan Ramdani )* Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang tengah berlangsung di Kalimantan Timur bukan hanya sebuah proyek infrastruktur besar,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini