MATA INDONESIA, JAKARTA – Penyakit jantung terdiri dari berbagai macam jenis, contohnya serangan jantung dan henti jantung. Keduanya merupakan kondisi yang berbeda.
Henti jantung dan serangan jantung sama-sama menyerang jantung, yakni organ tubuh yang bertugas untuk memompa darah. Namun, bukan berarti keduanya adalah kondisi yang sama.
Berikut beberapa perbedaan yang bisa diperhatikan:
1. Definisi
Perbedaan antara henti jantung dan serangan jantung dimulai dari definisi keduanya secara medis. Henti jantung atau cardiac arrest adalah kondisi ketika jantung berhenti berdetak secara tiba-tiba karena adanya gangguan gaya listrik pada otot jantung. Kondisi ini membuat jantung tidak dapat berdetak dengan normal dan memicu terjadinya aritmia.
Akibatnya, distribusi darah ke seluruh tubuh akan mengalami gangguan. Pada kondisi yang parah, risiko kematian bisa sangat tinggi dan dapat terjadi dalam hitungan menit, karena organ-organ vital lainnya (seperti otak) tidak menerima pasokan darah yang cukup.
Sementara itu, serangan jantung atau heart attack merupakan kondisi fatal yang terjadi ketika jantung tidak menerima pasokan oksigen yang cukup dari aliran darah yang menuju jantung. Kondisi ini dapat terjadi karena adanya aterosklerosis atau penyumbatan pembuluh darah arteri, yang menyebabkan jantung kekurangan asupan darah yang kaya oksigen.
2. Penyebab
Serangan jantung disebabkan oleh penyumbatan aliran darah menuju jantung. Penyumbatan mengakibatkan jantung tak bekerja maksimal.
Henti jantung mendadak merupakan kondisi saat jantung secara tiba-tiba berhenti berdetak tanpa peringatan. Kondisi ini dipicu oleh kerusakan listrik pada jantung yang menimbulkan aritmia. Nama terakhir merupakan gangguan irama jantung yang menyebabkan aliran darah ke jantung terhenti.
Kerusakan listrik membuat jantung tak dapat memompa darah ke otak dan organ-organ tubuh lainnya sehingga menimbulkan kerusakan total. Kondisi ini dapat membuat seseorang kehilangan kesadaran hingga denyut nadi yang tak berdetak.
Selain itu, henti jantung juga dapat disebabkan oleh penebalan otot jantung (kardiomiopati), gagal jantung, kebiasaan konsumsi beberapa jenis obat-obatan, dan kelainan pembuluh darah.
Dalam beberapa kasus, serangan jantung meningkatkan risiko henti jantung. Enam bulan pertama setelah serangan jantung menjadi masa rentan bagi seseorang untuk mengalami henti jantung.
3. Gejala
Gejala henti jantung adalah:
– Napas terputus atau tidak bernapas sama sekali.
– Pupil mata masuk ke dalam tengkorak kepala.
– Lemas secara tiba-tiba.
– Tidak sadarkan diri.
– Warna kulit menjadi pucat kebiruan.
– Denyut nadi atau detak jantung tidak dapat ditemukan.
Sementara serangan jantung akan menimbulkan gejala yang agak berbeda, seperti:
– Sesak napas.
– Sakit perut yang dapat disertai dengan mual dan muntah.
– Merasa sangat lemas.
– Keringat dingin.
– Detak jantung tidak beraturan.
4. Tindakan penanganan
Segera cari pertolongan medis saat seseorang mengalami serangan jantung. Hal yang sama juga bisa dilakukan saat seseorang mengalami henti jantung mendadak. Lengkapi penanganan dengan melakukan metode hands-only CPR atau kompresi dada. Kompresi dada dapat membantu meningkatkan kemungkinan keselamatan pasien henti jantung mendadak.
Meski memiliki saling berbeda, namun kondisi henti jantung mendadak dan serangan jantung sama-sama merupakan kondisi darurat yang membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat.
Reporter: Mala Komala