Waduh! Drama Suzy ‘Anna’ Terima Kritik dari Netizen Cina, Kenapa?

Baca Juga

MATA INDONESIA, SEOUL – Drama baru Suzy yang berjudulkan ‘Anna’ sudah tayang dua episode. Namun sayangnya, drama ini malah mendapatkan reaksi keras dari netizen Cina.

Melansir dari Koreaboo, di episode kedua menampilkan karakter Suzy pergi ke toko thrifting untuk menjual jam tangan yang dia terima sebagai hadiah. Seorang karyawan di toko memberi tahu Suzy bahwa arloji itu tidak terlalu berharga dan telah menjadi berita karena penipuan.

Si karyawan toko menyebutkan jam tangan itu dibuat di Cina, tapi mereka menamakannya ‘Made in Swiss’. Karena mereka terpaku pada jam tangan yang berasal dari Swiss dan menjualnya dengan harga fantastis yang padahal biaya pembuatannya hanya 100 ribu Won saja.

Seorang netizen Cina mengkritiknya dengan mengunggah postingan di Weibo. Mereka bereaksi bahwa drama tersebut memiliki banyak bagian yang kontroversial.

Mereka beranggapan adegan itu seolah-olah Cina adalah tempat pembuatan produk palsu. Selain itu juga menyatakan drama itu menyiratkan bahwa produk buatan Cina itu buruk.

Sampai saat ini, baik produser drama ‘Anna’ maupun Suzy belum menanggapi kritik tersebut.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Kemandirian Pangan dan Energi di Papua Menjadi Pilar Strategis Pembangunan Nasional

Oleh: Markus Yikwa *) Agenda kemandirian pangan dan energi kembali menempati posisi sentral dalam arah kebijakanpembangunan nasional. Pemerintah secara konsisten menegaskan bahwa ketahanan negara tidakhanya diukur dari stabilitas politik dan keamanan, tetapi juga dari kemampuan memenuhikebutuhan dasar rakyat secara mandiri dan berkelanjutan. Dalam konteks ini, Papua ditempatkansebagai salah satu wilayah kunci, baik untuk mewujudkan swasembada pangan maupunmemperkuat fondasi kemandirian energi berbasis sumber daya domestik seperti kelapa sawit. Upaya percepatan swasembada pangan di Papua mencerminkan pendekatan pemerintah yang lebih struktural dan berjangka panjang. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dalam berbagaikesempatan menekankan bahwa defisit beras di Papua tidak dapat diselesaikan hanya dengandistribusi antarpulau, melainkan harus dijawab melalui peningkatan kapasitas produksi lokal. Dengan kebutuhan beras tahunan yang jauh melampaui produksi eksisting, pemerintah memilihstrategi pencetakan sawah baru secara masif sebagai solusi konkret. Pendekatan ini menunjukkankeberanian negara untuk menyelesaikan masalah dari hulunya, bukan sekadar menambalkekurangan melalui mekanisme pasar jangka pendek. Kebijakan pencetakan sawah baru di Papua, Papua Selatan, dan Papua Barat tidak berdiri sendiri. Pemerintah juga menyiapkan dukungan menyeluruh berupa penyediaan benih unggul, pupuk, pendampingan teknologi, hingga pembangunan infrastruktur irigasi dan akses produksi. Sinergiantara pemerintah pusat dan daerah menjadi prasyarat utama agar program ini tidak berhentisebagai proyek administratif, melainkan benar-benar mengubah struktur ekonomi lokal. Denganproduksi pangan yang tumbuh di wilayahnya sendiri, Papua tidak hanya mengurangiketergantungan pasokan dari luar, tetapi juga membangun basis ekonomi rakyat yang lebihtangguh. Lebih jauh, visi swasembada pangan yang disampaikan Mentan Andi Amran Sulaiman menempatkan kemandirian tiap pulau sebagai fondasi stabilitas nasional....
- Advertisement -

Baca berita yang ini