Usia 95 Tahun, Ratu Elizabeth II Masih Jadi Peminum

Baca Juga

MATA INDONESIA, LONDON – Seorang sommelier alias penyaji wine Kerajaan Inggris, Demetri Walters mengungkapkan bahwa Ratu Elizabeth II masih menikmati segelas anggur dengan makan malam. Padahal usia sang ratu sudah menginjak angka 95 tahun.

Bukan hanya itu, pemimpin kerajaan tertua yang pernah hidup dalam sejarah itu juga baru meninggalkan martini, menyusul rekomendasi dokter yang memintanya untuk berhenti minum, seperti yang biasa ia lakukan.

“Ini buruk untuk persendiannya dan Ratu Elizabeth II tidak bisa minum terlalu banyak ketika ia melakukan semua kegiatan kerajaan ini, itu bukan sesuatu yang bisa Anda minum,” kata Demetri Walters, melansir Mirror, 1 Desember 2021.

Meski dikatakan belum sepenuhnya berhenti minum alkohol, Demetri mengatakan bahwa Ratu Elizabeth II sangat selektif dalam menentukan wine langka.

“Saya memilih untuk Ratu, tetapi ia cukup seletik, sebab ia tidak minum banyak anggur saat ini,” sambungnya.

Dikatakannya bahwa Ratu Elizabeth II menikmati beberapa minuman di siang hari, termasuk gin dan Dubonnet sebelum makan siang, segelas anggur Jerman manis dengan makan malamnya – dan sebelumnya, martini kering sebelum tidur.

Itu terjadi setelah Ratu Elizabeth IImemberi tahu keluarganya bahwa dia cukup sehat untuk menjadi tuan rumah Natal di Sandringham setelah pulih dari keseleo punggung yang ia alami beberapa waktu lalu.

Ratu Elizabeth II yang ditinggal Pangeran Philip pada 9 April 2021 itu meyakinkan bahwa ia merasa jauh lebih baik dan menantikan pesta tradisional bersama anggota keluarga di kediamannya di Norfolk.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pusaran Konflik di Pantai Sanglen Gunungkidul

Mata Indonesia, Yogyakarta - Berangkat dari penutupan akses masuk Pantai Sanglen, Kemadang, Gunungkidul, yang dilakukan oleh Kraton Yogyakarta dan Obelix. Warga setempat, yang selama ini memanfaatkan lahan Pantai Sanglen untuk bertani dan mencari nafkah, merasa terpinggirkan. Mereka khawatir pengembangan pariwisata berskala besar akan mengabaikan kesejahteraan masyarakat lokal dan merusak lingkungan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini