Unggah Potret Anak Lelakinya, Susi Pudjiastuti Banjir Komen Calon Mantu

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Mantan Menteri Perikanan dan Kelautan, Susi Pudjiastuti sukses mencuri perhatian para warganet. Baru-baru ini, Susi memposting foto anak lelakinya ke sosial media Instagram pada Selasa, 12 Januari 2021.

Dalam postingan itu, nampak anak laki-lakinya dipotret secara dekat dan sedang tersenyum lebar. Menurut keterangan, kedua putranya itu telah melakukan tes swab PCR dan hasilnya pun negatif.

“Setelah tiba dan melakukan karantina 5 hari, test PCR negatif berkumpul kembali dg sitampan tampan ini,” tulis Susi dalam keterangan postingannya.

Sontak saja, unggahan Susi memamerkan putra-putra tampannya langsung diserbu netizen. Para kaum Hawa membanjiri kolom komentar Susi dan ramai-ramai ingin menjadi menantunya.

“Selamat sore Bu…bolehkah saya mendaftar menjadi calon menantu?,” komentar akun iamcula_.

“Semoga saya jadi mantunya ya bu, aamiin,” kata akun exxoca.

“Bu saya mau jadi mantu, gimana cara daftarnya,” kata akun daasq.

Sosok putra Susi yang berada di foto tersebut ialah Alvy Xavier. Ia merupakan putra bungsu Susi hasil pernikahan terakhirnya bersama Christian Von Strombeck.

Dalam unggahannya di Instagram, Alvy nampak menetap di Boston, Amerika Serikat. Alvy juga baru lulus dari Cushing Academy di Ashburnham, AS pada 2019 lalu.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini