MATA INDONESIA, JAKARTA – Beli minuman di mesin otomatis pasti sudah biasa dan banyak ditemukan di Indonesia. Nah, bagaimana jadinya jika kita membeli salmon, kepiting, dan daging sapi Wagyu dengan menggunakan mesin penjual otomatis?
Terletak di lingkungan pusat perbelanjaan Kovan, Singapura, sebelah gerai salon rambut dan klinik dialisis, Anda bisa menemukan mesin penjual otomatis yang menyediakan salmon, kepiting maupun daging sapi wagyu.
Di lokasi tersebut, dengan mudahnya bisa membeli salmon yang masih segar. Bahkan bisa dengan irisan gaya sashimi dan striploin Wagyu Australia sesuai kemauan pembeli.
Mesin penjual otomatis ini sedang tren di Singapura. Mesin tersebut tidak hanya menyediakan daging sapi ataupun salmon. Tetapi terdapat roti, pastel, pizza yang masih panas dan baru dimasak, serta jus jeruk yang baru diperas pun disediakan.
Selain menjual daging sapi wagyu, salmon, atau kepiting yang disajikan dalam keadaan hangat. Ada juga mesin yang menjual plester luka, kacang panggang, hingga menjual kaktus.
Mesin penjual otomatis yang menyediakan berbagai macam kudapan ringan dan bisa dimakan sebelum makan berat ini, menjadi hal yang lumrah sejak pertama kalinya tahun 2004 mulai diperkenalkan.
Perusahaan riset pasar, Euromonitor mengungkapkan, pendapatan mesin penjual otomatis di Singapura, mencapai 15 persen kenaikan pertahunnya. Pada 2014 penghasilannya mencapai 91 juta Dolar Singapura atau setara dengan 965 miliar Rupiah. Hingga di tahun 2019 dihasilkan pendapatan sekitar 104,5 juta Dolar Singapura 1,1 triliun Rupiah.
Tahun 2020 diperkirakan menjadi tahun yang cukup buruk sebab adanya pandemi. Tetapi tahun 2021 menjadi tahun yang diyakini akan mengalami pertumbuhan pendapatan dari penurunan tahun lalu.
Dari laporan Euromonitor, memperkirakan penurunan signifikan akan terjadi bagi penjualan melalui mesin penjual otomatis. Namun, cara lain dilakukan oleh perusahaan mesin penjual otomatis yakni bekerja sama dengan badan amal Temasek dengan tujuan untuk membagikan masker gratis di tengah maraknya virus Covid-19 ini.
Melalui kerjasama itu, sudah dipasangnya 1.200 mesin. Sebelumnya hanya terdapat 110 mesin penjual otomatis yang tersebar di Singapura.
Salah satu Direktur penguasaha pemasok daging sapi Wagyu pun mengatakan, mesin penjual otomatisnya itu bekerja dengan baik. Dengan penjualan melonjak karena mesin penjual otomatis yang kini hadir sebelas kali lipat sejak masa pandemi antara bulan April hingga Juni tahun lalu.
Menurutnya, makanan yang dibeli lewat mesin penjual otomatis tidak perlu diragukan lagi keamanannya. Tidak perlu jauh-jauh pergi ke supermarket sebab adanya pembatasan jarak yang tentu membuat kesulitan saat mendapat makanan yang diinginkan.
Alasan pengusaha mesin penjual otomatis mencoba produk baru yang diperjualkan melalui mesin otomatis ini karena letak mesin penjual otomatis yang jauh dari tempat-tempat populer penyedia salmon segar yang lebih populer di Singapura.
Manish Kumar, selaku Direktur pengelola Salmon Norwegia mengungkapkan bahwa mesin penjual otomatis menawarkan ruang ritelnya sendiri. Produk beku miliknya pun tidak ditempatkan di samping salmon segar yang lebih populer.
Ia juga mengungkapkan bahwa kota yang padat penduduk seperi Singapura ini sangat ideal untuk meningkatkan kemudahan dari kecanggihan teknologi melalui mesin penjual otomatis ini.
Salmon yang sudah dipesan melalui mesin penjual otomatis akan mengeluarkan produk yang sangat spesifik tergantung permintaan pembeli. Dengan mengeluarkan uang sebesar 24 Dolar Singapur atau 225 ribu Rupiah, daging sapi wagyu bisa langsung didapatkan dengan harga yang jauh lebih murah.
Banyak perusahaan yang mau menjual produknya karena hal ini menjadi cara yang mudah untuk menguji ketahanan suatu produk, salah satunya seperti yang dikatakan oleh pendiri dari EasyMeat, Mervin Tham.
Disamping itu, ketika banyak supermarket yang tutup, mesin ini menjadi alternatif yang paling efektif untuk mendapatkan makanan yang sedang dibutuhkan. Daging sapi wagyu merupakan pembelian impulsive yang tidak biasa, terlebih lagi banyak yang membelinya di waktu malam hari.
Reporter : Irania Zulia