Mualaf Setelah 13 Tahun Jadi Kristen, Nania Disebut Produk Gagal Gereja

Baca Juga

MATA INDONESIA, Jakarta – Nama Nania tengah ramai menjadi perbincangan karena keputusannya menjadi mualaf setelah tiga belas tahun memeluk agama Kristen.

Keputusannya tersebut menjadi kontrovesi dan menuai pro dan kontra. Salah satunya dari youtuber Didit Yuli.

Dalam video yang diunggahnya, Ia menyebut bahwa Nania merupakan produk gagal gereja. Pasalnya ia menilai bahwa gereja ikut bertanggung jawab atas keputusan yang pilih Nania.

“Gereja atau Hamba Tuhan juga seharusnya ikut bertanggung jawab jikalau ada seseorang masuk ke Kristen percaya akan Tuhan Yesus,” ujarnya.

“Apa tanggung jawabnya? Memuridkan supaya orang tersebut bisa bertumbuh imannya, bisa berkembang dan berbuah di dalam kristus,” imbuhnya.

Hal tersebut diungkapkannya karena menurutnya alasan yang membuat Nania memeluk agama islam kembali sangatlah spele.

Dari rumor yang beredar luas, alasan yang membuat Nania kembali memeluk islam karena pemikiran-pemikirannya akan orang tua serta kematian.

“Alasannya spele kalau saya lihat di media massa, ‘kalau saya mati nanti dimakamkan secara Islam atau Kristen, kalau Ibu saya nanti mati siapa yang salatin, siapa yang mandiin’,” ucapnya mengutip pernyataan Nania.

Didit Yuli menilai, alasan yang digunakan Nania untuk memeluk islam kembali adalah bukti bahwa wanita jebolan Indonesian Idol itu tidak dimuridkan dengan baik oleh gereja.

Ia juga menyampaikan bahwa keputusan Nania harus dijadikan pembelajaran penting bagi umat Kristen.

“Jadikan ini sebuah pelajaran penting, jangan sampai kita euphoria dengan para murtadin ini sehingga kita mengajak mereka ke sana ke mari hanya untuk bersaksi tanpa memuridkan mereka,” pungkasnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

SEMA PTKIN Se-Indonesia Tolak Wacana Pilkada Dipilih oleh DPRD

Mata Indonesia, Yogyakarta - SEMA PTKIN (Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri) yang merupakan Aliansi Mahsiswa dari berbagai kampus Islam Negeri seperti UIN, IAIN, STAIN dan STAI secara tegas menolak wacana yang menyarankan agar Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Pernyataan ini disampaikan dalam konferensi pers yang digelar pada Kamis, 19 Desember 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini