Mengenal Makanan Organik dan Non-Organik, Apa Perbedaannya?

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Bahan makanan yang dijual di pasaran belakangan seperti jagung, sayuran, dan buah dibedakan ke dalam dua kenis yakni organik non-organik. Jika makanan organik dijual di pasar modern, sementara pasar tradisional menjual bahan-bahan non-organik.

Namun, ada beberapa perbedaan antara kedua makanan ini. Seperti misalnya, menurut Boldsky, makanan organik merujuk pada hasil pertanian yang ditanam tanpa menggunakan pupuk buatan, pestisida, maupun organisme hasil rekayasa genetika.

Berbeda halnya dengan produk hewani seperti daging sapi, telur, dan susu. Makanan ini dianggap alami bila tidak mengandung antibiotik atau hormon pertumbuhan.

Pada intinya, tumbuhan yang tidak dirawat dengan bahan kimia termasuk dalam organik, sementara hewan yang diberikan makan secara alami dan dijauhkan dari obat-obatan atau bahan kimia berbahaya.

Adapun, makanan non-organik merujuk pada bahan pangan, termasuk buah, sayur, dan daging yang segala proses penanaman dan pemeliharaannya menggunakan bahan sintetis. Seperti oenggunaan pestisida, pupuk kimia, insektisida, serta adanya modifikasi genetik pada produk daging yang dilakukan oleh produsen.

Terlepas dari makanan organik yang dianggap lebih menyehatkan dibandingkan non-organik, jumlah gizi yang terkandung di dalamnya tidak berbeda jauh.

Maka, perbedaan antar keduanya belum tentu menyimpulkan bahwa pangan organik lebih baik daripada non-organik.

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Perjuangkan Kesejahteraan Buruh dan Petani, Dani Eko Wiyono Siap Maju Calon Bupati Sleman Melalui Jalur Independen

Mata Indonesia, Sleman - Alumni aktivis 98 sekaligus aktivis yang selalu menyuarakan aspirasi buruh/pekerja Daerah Istimewa Yogyakarta, Dani Eko Wiyono ST. MT ini bertekad maju bakal calon bupati Sleman dalam Pilkada Sleman nanti. Dani menilai, hingga saat ini, mayoritas kehidupan buruh masih sangat jauh dari kata sejahtera. Buruh masih dianggap hanya sebagai tulang punggung ekonomi bangsa tanpa diperjuangkan nasib hidupnya.
- Advertisement -

Baca berita yang ini