Main Ponsel saat Hujan Berbahaya, Mitos atau Fakta?

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – DKI Jakarta dan sekitarnya mulai sering diguyur hujan deras dan angin kencang. Tak jarang pula kilat dan guntur mengiringi turunnya hujan.

Saat hujan turun, banyak aturan dan hal-hal yang sebaiknya tak dilakukan. Salah satunya yang masih jadi perbincangan ialah bermain ponsel ketika hujan turun. Apakah berbahaya?

Petir saat hujan bermuatan listrik negatif yang menarik listrik positif. Petir bisa saja menyambar barang-barang yang beraliran listrik. Itulah sebabnya kamu tak boleh berteduh di bawah pohon maupun tiang listrik.

Namun, terkait bermain ponsel berbahaya saat hujan itu merupakan mitos belaka. Sebab, ponsel saat ini tidak tersambung dengan koneksi kabel namun wireless.

Bermain ponsel tidak berbahaya dengan catatan digunakan tanpa mencolokkan kabel charger saat digunakan. Petir yang menyambar akan mengaliri arus listrik yang membuat siapa pun atau apa pun yang bermuatan listrik akan terkena sambarannya.

Meski bermain ponsel saat hujan tidak berbahaya, kamu tetap perlu perhatikan beberapa hal agar tak ada peristiwa yang tidak diinginkan.

Hindari peralatan listrik segala jenis, termasuk smartphone yang tersambung ke aliran listrik saat mengisi daya atau charge. Lepas ponsel dari aliran listrik atau charge saat terjadi hujan. Hal ini juga berlaku pada laptop, komputer dan gadget lainnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Media Sosial sebagai Alat Propaganda: Tantangan Etika dalam Pengelolaan oleh Pemerintah

Mata Indonesia, Jakarta - Di era digital, media sosial telah menjadi saluran utama komunikasi massa yang memfasilitasi pertukaran informasi dengan cepat. Dalam kerangka teori komunikasi, media sosial dapat dilihat sebagai platform interaksi yang bersifat dialogis (two-way communication) dan memungkinkan model komunikasi transaksional, di mana audiens tidak hanya menjadi penerima pesan tetapi juga pengirim (prosumer). Namun, sifat interaktif ini menghadirkan tantangan, terutama ketika pemerintah menggunakan media sosial sebagai alat propaganda.
- Advertisement -

Baca berita yang ini