Jangan Berlebihan, Begini Cara Kurangi Makanan Manis saat Natal

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Saat hari Natal, semua umat Kristiani merayakannya dengan suka cita. Momen ini akan dimanfaatkan untuk beribadah, kumpul dengan keluarga hingga menyantap hidangan yang nikmat.

Biasanya hari raya Natal juga identik dengan kuliner lezat dan manis. Berbagai macam kue kering menjadi primadona saat hari raya tiba.

Meski enak, ada baiknya kamu bisa menahan diri untuk tidak mengonsumsi makanan manis berlebihan. Selain bikin gendut, terlalu banyak makanan manus juga tak baik untuk kesehatan.

Untuk itu, tak ada salahnya membiasakan diri untuk menahan asupan manis jelang perayaan Natal ini. Penasaran bagaimana caranya? Yuk simak!

  1. Makan Teratur

hal pertama yang perlu kamu lakukan ialah makan dengan teratur. Perut yang sudah terisi akan membuat kamu tak terlalu ingin mengonsumsi makanan manis.

Untuk itu, makanlah terlebih dahulu dengan porsi dan waktu yang tepat. Dengan begitu, keinginan menyemil bisa berkurang.

2. Cari Makanan Lain

Selanjutnya mencari makanan lain. Jika kamu sudah cukup banyak mengonsumsi makanan manis, carilah camilan pengganti seperti buah atau salad.

3. Kurangi dengan Perlahan

Meski terasa sulit, kamu bisa membiasakannya dengan mengurangi secara perlahan. Misalnya, bila kamu terbiasa untuk menghabiskan satu batang cokelat atau 1 bungkus kue cookies dalam sekali makan, cobalah kurangi porsi maknaan tersebut dengan hanya mencicipi beberapa potong atau maksimal setengah porsi saja.

4. Tidur yang Cukup

Satu lagi cara ampuh mengurangi makanan manis ialah dengan tidur dan istirahat yang cukup. Sebab, hal itu sangat mempengaruhi pola makanmu di keesokan harinya.

Agar tubuhmu bisa tetep berenergi dan terbebas dari dorongan untuk ngemil atau mengonsumsi makanan manis, tidurlah selama 7 hingga 9 jam setiap harinya. 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

PKL Teras Malioboro 2: Suara Ketidakadilan di Tengah Penataan Kawasan

Mata Indonesia, Yogyakarta – Sejak relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) dari Malioboro ke Teras Malioboro 2, berbagai persoalan serius mencuat ke permukaan. Kebijakan relokasi yang bertujuan memperindah Malioboro sebagai warisan budaya UNESCO justru meninggalkan jejak keresahan di kalangan pedagang. Lokasi baru yang dinilai kurang layak, fasilitas yang bermasalah, dan pendapatan yang merosot tajam menjadi potret suram perjuangan PKL di tengah upaya mempertahankan hidup.
- Advertisement -

Baca berita yang ini