Jadi Sorotan Terus Menerus, Taylor Swift Semakin Galau

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Kita tahu kalau Taylor Swift adalah seorang bintang pop. Musiknya banyak terpengaruh penyanyi seperti Shania Twain, Faith Hill, and Dixie Chicks. Ia juga banyak meraih penghargaan musik termasuk langganan Grammy.

Swift saat ini adalah salah satu selebriti dengan bayaran tertinggi (185 juta dolar). Bahkan, katanya kontrak Swift dengan Universal Music Group’s Republic Record sebesar 200 juta dolar. Kali ini, ia merilis album barunya: Lover.

Tapi, kita tahu tentang berbagai masalahnya selama berkarier. Salah satu kontroversi paling panasnya adalah perseteruan Taylor Swift dengan Kanye West dan Kim Kardashian.

Waktu itu, kedua pihak ini berseteru karena Swift merasa Kanye merendahannya dalam lagu Kanye, ‘Famous’. Namun, mereka memang sudah punya hubungan yang buruk sejak Kanye mengganggu pidato Taylor Swift pada VMA tahun 2009.

Kali ini, Taylor sudah secara gamblang bilang kalau dia nggak mau ikut terseret dalam narasi yang nggak dia harapkan. Tapi, Kardashian malah mengunggah bukti kalau Taylor sudah setuju ia akan muncul dalam lagu Kanye.

Taylor menjelaskan bahwa ia hanya setuju jika bisa kembali berteman dengan West, bukan kemudian terlecehkan karena namanya ada dalam lirik lagu Kanye.

Sayangnya, waktu itu publik sudah terlanjur marah. Jadi internet berisi berbagai bullying terhadap sang bintang. Publik juga sibuk mempermalukannya.

Kontroversi ini kemudian menjadi inspirasi albumnya pada tahun 2017 dengan tajuk ‘Reputation’. Ia menggunakan ledekan ‘ular’ dari Kim Kardashian sebagai ikon dalam turnya.

Di panggungnya berdiri sebuah patung kobra raksasa seakan mencemooh balik kepada Kardashian. Album ini kurang sukses di pasaran dan menjadi salah satu penjualan album yang paling rendah.

Untuk kali ini, Swift kembali dengan ‘Lover’ yang lebih penuh cinta.

Albumnya berisikan hal positif dan sisi ‘manusia’ Swift. Hal ini seperti menjawab media yang menyebutnya ‘perhitungan’ saat Swift menyatakan bahwa ia tersinggung akan ujaran ini.

Dari dulu, citra Swift memang agak terkesan ‘berisik’ dengan berbagai perhatian media kepadanya. Bahkan sampai ke masalah privatnya seperti percintaan.

Menurut Taylor, hal ini seksis karena tidak ada yang akan berkomentar tentang hal ini terhadap selebriti laki-laki sebagaimana orang berkomentar kepada Swift.

Yang justru tidak ketahuan orang adalah Swift sendiri juga masih mencari identitasnya.

Ia tidak ‘organik” seperti selebriti lain. Swift juga masih sibuk menghadapi pandangan media terhadapnya. Hal ini memburuk setelah Taylor Swift kerap berkumpul dengan geng modelnya.

Pertemanan Swift juga berbagai ‘tamu’nya dalam konser 1989 juga mengundang berbagai komentar.

Bagi fans, hal ini adalah sebuah ‘bonus’. Namun, beberapa merasa ini sebuah publikasi agar Swift terus mendapat sorotan media dengan mengundang artis besar lain ke konsernya.

Orang yang mengkritik Swift merasa sang penyanyi terlalu menganggapnya sebagai pusat dunia musik. Ia menggunakan nama selebriti lain, beberapa dijadikan guest star, beberapa dengan Swift mengkritik mereka.

Namun ketika orang melakukan hal yang sama terhadapnya ia dianggap ‘playing victim’.

Sebagai orang yang merasa dirinya memulai dengan titel ‘underdog’, Swift dicap membingungkan dan ‘tidak punya simpati’ bagi para kritikus.

Keluarnya Lover berbarengan dengan berubahnya imej Taylor Swift yang sekarang terbuka tentang politik. Sekarang ia lebih berani beropini tentang berbagai hal termasuk LGBTQ+ dan pemilihan presiden.

Videonya, ‘You Need to Calm Down’ merupakan sebuah tribut dukungan untuk komunitas LGBTQ+. Berbagai publik figur LGBTQ+ mengisi video ini.

Tapi, bagi beberapa kritikus, Swift dianggap sebagai contoh yang buruk. Komentar ini berasal dari liriknya yang membandingkan masalah komunitas LGBTQ+ dengan kebencian di internet.

Ya, sekali lagi, ia terlalu perhitungan. Orang menilainya menggunakan orang lain untuk mengisi ‘kekurangan’ dalam citranya.

Para kritikus menilai strategi publikasi Swift terlalu jadul. Apalagi sekarang, strategi yang tidak terlihat ‘strategik’ sedang populer di kalangan selebriti.

Belum lagi reaksi publik yang menganggap lagunya di album Lover tidak bagus atau ‘catchy’. Menurut mereka, lagunya tidak bisa menandingi ‘Blank Space’ atau ‘Shake It Off’. Seperti lagu country tapi tidak bisa masuk dalam kategori jenis country juga.

Swift membingungkan. Tapi, di saat yang sama, orang tertarik dan kagum dengan hal ini. Mungkin mereka merasa, “hah? Apakah albumnya bagus?” saat mendengarkan karyanya.

Banyak yang mempertanyakan, ‘apakah album ini akan memberikan kesuksesan atau kegagalan untuk personanya?’.

Tapi, siapa lagi yang bisa menjaga citra superstar yang sangat ribet di dunia musik yang sekarang sangat hyper-kritik dan politis seperti sekarang selain Taylor Swift?

Penulis: Deandra Alika Hefandia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Bersinergi Menjaga Netralitas Pemilu Demi Pilkada yang Berkualitas

Jakarta - Netralitas aparatur sipil negara (ASN) menjadi perhatian utama dalam menjaga kualitas Pilkada Serentak 2024. Badan Pengawas Pemilu...
- Advertisement -

Baca berita yang ini