Heboh Ayah Nagita Slavina Minta Moge ke Raffi Ahmad, Sampai Suruh Jual Mobil Rafathar

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Konflik Nagita Slavina dengan sang ayah Gideon Tengker masih bergulir. Namun Gigi dan sang suami, Raffi Ahmad sempat membantah soal kisruh dalam keluarga mereka.

Mereka mengatakan jika hubungan Gigi dan sang ayah sebetulnya baik-baik saja. Raffi pun membuktikan hal itu dengan mengunggah momen pertemuannya dengan sang ayah mertua pada 3 Juli 2020 lalu.

Dalam video yang akhirnya viral itu, terlihat Raffi sangat akrab dengan Gideon Tengker. Keduanya tak seperti sedang berkonflik.

“Tadi udah ketemu Rafathar belum?” tanya Raffi ke Gideon, dikutip dari channel Rans Entertaiment, Sabtu, 5 September 2020.

“Udah,” jawab Gideon.

Namun yang menarik, dalam video tersebut Gideon sempat meminta dibelikan motor gede oleh Raffi Ahmad dan Nagita Slavina.

“Beliin papa motor 1000 cc, kalau gak papa beli sendiri kredit. Jual mobil Rafathar, harganya (motor) 430 juta,” pinta Gideon.

Mendengar itu, Gigi tampak kaget. Terlebih, saat Gideon menyuruh untuk menjual mobil Rafathar.

“Jangan dong Pah, kasihan Rafathar,” kata Nagita.

Hingga akhirnya, Gideon naksir dengan salah satu motor milik Raffi. Ia lantas meminta Raffi untuk meminjamkan motor tersebut.

“Gue bawa pulang dah nih,” kata Gideon.

Raffi pun menjelaskan jika motor tersebut rusak dan berjanji bakal meminjamkan moge tersebut usai diperbaiki.

“Kirimin ke Puncak ya Gi daripada beli putus. Ini gue pinjem,” kata Gideon.

“Iya dibenerin dulu nanti kalau udah bener dikirimin, beneran janji,” ujar Raffi.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Perjuangkan Kesejahteraan Buruh dan Petani, Dani Eko Wiyono Siap Maju Calon Bupati Sleman Melalui Jalur Independen

Mata Indonesia, Sleman - Alumni aktivis 98 sekaligus aktivis yang selalu menyuarakan aspirasi buruh/pekerja Daerah Istimewa Yogyakarta, Dani Eko Wiyono ST. MT ini bertekad maju bakal calon bupati Sleman dalam Pilkada Sleman nanti. Dani menilai, hingga saat ini, mayoritas kehidupan buruh masih sangat jauh dari kata sejahtera. Buruh masih dianggap hanya sebagai tulang punggung ekonomi bangsa tanpa diperjuangkan nasib hidupnya.
- Advertisement -

Baca berita yang ini