MATA INDONESIA, JAKARTA – Sudah sekian lama Leonard Anil menghindar jika ada ajakan untuk vaksin. Padahal di masa pandemi Covid-19 sekarang ini, vaksinasi menjadi satu-satunya jalan menahan serangan virus Corona ke dalam tubuh. Vaksin identik dengan suntikan. Dan ini yang dihindari Anil. Ia memiliki fobia, takut dengan jarum suntik.
Fobia jarum suntik atau trypanophobia, yang artinya ketakutan berlebihan saat hendak mendapat suntikan sampai mengeluarkan reaksi tekanan darah tinggi dan denyut jantung meningkat.
Ketakutan pada jarum suntik umumnya terjadi pada anak-anak, namun tak dapat dimungkiri bahwa banyak orang dewasa merasakan hal yang sama.
Dilansir dari web Jamaica hospital, studi menunjukkan sebanyak 20 persen populasi memiliki ketakutan akan jarum suntik, dan 10 persennya menderita trypanophobia. Jika penderita dalam keadaan sakit, justru akan mengakibatkan kesulitan pada diri sendiri yang dapat memicu penyakit lebih parah karena cenderung menghindari perawatan medis.
Lalu, apa penyebab orang bisa takut dengan jarum suntik? Hal ini karena rasa sakit yang terasa saat jarum menembus kulit dan daging. Penyebab lainnya, timbul karena adanya trauma dalam diri. Contohnya, saat kecil bertemu dengan dokter yang menyuntik sang anak tanpa rasa lembut. Sehingga sampai ia dewasa, ingatannya adalah rasa sakit dan menjadi takut.
Ada juga karena faktor keturunan. Fobia ini tidak terjadi dari seseorang itu sendiri, melainkan berasal dari keluarga atau saudara yang memiliki fobia yang sama. Pikiran tentang rasa sakit dari luka tusukan yang menimbulkan bahaya sampai kematian pun menjadi penyebab orang takut pada jarum suntik.
Bagaimana mengatasinya?
- Pertama, melakukan terapi kognitif. Terapi ini secara perlahan akan melatih pikiran untuk tidak takut lagi pada jarum suntik. Terapis akan melatih fobia ini dengan menunjukkan gambar suntikan pada mereka yang menderita. Selanjutnya, mereka akan menyentuh gambar tersebut. Tidak mudah memang, karena terapi ini memakan waktu yang lama untuk menghasilkan pasien yang benar-benar bisa tenang saat melihat suntikan.
- Kedua, terapi pemaparan. Fokusnya adalah untuk mengubah respons fisik dan mental seseorang yang takut pada jarum suntik. Nantinya, terapis akan memaparkan pada pasien terkait jarum dan ketakutan dalam pikiran. Terapis akan menuntun dengan menunjukan foto-foto jarum, memegang jarum, berada di dekat jarum, sampai membayangkan saat ada suntikan jarum.
- Ketiga, penggunaan obat. Apabila ketakutan berlebih itu membawa dampak stres, itu akan menjadi batasan karena tidak dapat bertemu dengan psikoterapi untuk mengobati. Seseorang bisa mengonsumsi obat anti kecemasan yang menenangkan sehingga tubuh dan otak pasien akan relaks.
Reporter: Annisaa Rahmah