MATA INDONESIA, SURABAYA – Berawal dari penyekatan di Jembatan Suramadu yang menghubungkan Jawa Timur dengan Pulau Madura. Penyekatan ini imbas dari munculnya klaster baru warga yang terpapar Covid-19 di Bangkalan.
Ternyata dari hasil penyekatan itu, banyak sekali warga yang lalu lalang melewati Jembatan Suramadu itu positif Covid-19.
Gelombang Tsunami Covid yang melanda sejumlah daerah di Indonesia pasca Hari Raya Idul Fitri 2021 cukup mengkhawatirkan. Madura, pulau yang berada di sebelah utara Provinsi Jawa Timur itu ternyata menunggu bom waktu.
Di Kabupaten Bangkalan seluruh tempat tidur di rumah sakit terisi hampir 100 persen. Parahnya lagi, jumlah yang tercatat saat ini belum termasuk keseluruhan munculnya pasien-pasien baru.
Seluruh Madura pun siaga. Pelayanan kesehatan di beberapa kabupaten di pulau ini memang menyedihkan. Pelayanan tes yang diberikan sangat minim. Diduga, masih banyak warga Madura yang terpapar Covid-19 namun tak terdeteksi karena kurangnya tes PCR di wilayah itu.
Otoritas kesehatan di Jawa Timur mengatakan bahwa mereka sudah membatasi seluruh kegiatan di tiga kecamatan Bangkalan, terutama di zona merah. Meski begitu, upaya tersebut dinilai belum cukup untuk mencegah resiko penularan virus corona.
Ginan, salah seorang warga Bangkalan mengaku telah mengurangi aktivitas di luar rumah sejak pandemi terjadi. Terlebih, dua kampung di sebelah desanya tengah diguncang Covid-19. Tidak sampai disitu, ia juga khawatir terhadap kondisi orang tuannya yang sudah lanjut usia. Tentu, hal itu membuatnya makin enggan untuk berkeliaran di luar rumah. ”Saya cemas karena daerah yang rawan berdekatan dengan desa saya. Orang tua dan nenek saya di rumah sudah lansia, mereka sering batuk batuk. Bupati sebagai pimpinan semestinya tegas, apa yang harus dilakukan dalam kondisi seperti ini,” kata Ginan.
Tak berhenti disitu. Tenaga kesehatan yang berada di tiga kecamatan yaitu Arusbaya, Klampis, dan Bangkalan terpapar Covid-19. Dua puskesmas dan satu rumah sakit umum pun ditutup.
Lalu, apa penyebab lonjakan itu bisa terjadi? Menurut Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Bangkalan Agus Sugianto Zein, jumlah kasus ini akibat dari aktivitas silaturahmi Idul Fitri dan arus kepulangan pekerja migran dari luar negeri. ”Ada tradisi saling mengunjungi saat lebaran. Saat itu masyarakat mungkin sudah mengabaikan protokol kesehatan. Terlebih, kepulangan pekerja migran yang paling banyak ke Kecamatan Arusbaya. Jadi kami meminta kegiatan masyarakat disana diperketat,” kata Agus.
Hal itu dibenarkan pula oleh epidemiolog dari Universitas Airlangga, Windhu Purnomo. Ia mengatakan bahwa protokol kesehatan di Pulau Madura saat itu sangat diabaikan. ”Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep selama berbulan bulan masuk zona kuning. Itu aneh karena kalau Anda datang ke Madura, Anda akan jarang bertemu dengan orang yang memakai masker. Bahkan, di pasar pun juga begitu, mereka bilang virus corona itu tidak ada. Artinya, perilaku itu menandakan bahwa mereka tidak masuk dalam jumlah kasus. Kasus yang tercatat seolah rendah hingga disebut positif hariannya nol,” kata Windhu Purnomo.
Kini setelah kasus itu kembali melonjak, Agus Sugianto Zein mengatakan bahwa otoritas setempat menggelar tes massal dan menelusuri kontak erat orang orang yang positif Covid-19. ”Memang belum ada hasilnya, tapi sekarang tes ini juga masih dilanjutkan,” kata Agus Sugianto Zein.
Windhu Pranomo mengatakan bahwa pemerintah harus menangani Covid di Bangkalan secara komprehensif, menutup semua kawasan, dan melarang semua akses keluar masuk, kecuali untuk keperluan yang benar benar mendasar. ”Bangkalan sementara ini harus dikunci. Kemarin ada penyekatan di Suramadu, tapi hanya sampai Maghrib. Itu apa gunanya? Orang akan cari celah di luar jam penyekatan. Orang Indonesia kan alergi dengan kata lockdown. Ya sebut saja strategi itu PSBB,” kata Windhu.
Namun pada akhirnya, penutupan wilayah seperti itu tidak dipilih oleh pemerintah setempat. Mereka menerapkan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) berskala mikro di tiga kecamatan zona merah Bangkalan, kata Juru Bicara Satgas Covid-19 Jawa Timur, Makhyan Jibril al Faribi. ”Tidak ditutup total, intervensinya membatasi pergerakan. Orang orang yang bergejala dites dan jika hasilnya positif mereka akaan diisolasi,” katanya.
Reporter : R Al Redho Radja S