MATA INDONESIA, JAKARTA – Meskipun tingkat kemacetan di Jakarta mengalami penurunan yang signifikan selama pandemi COVID-19, nyatanya pemerintah beserta masyarakat masih harus khawatir jika kemacetan akan kembali meningkat setelah aktivitas di Ibu Kota berjalan normal.
Berdasarkan Indeks Lalu Lintas yang dirilis TomTom, sebelum laporan terbarunya pada 2020, Jakarta masih termasuk dalam 10 besar kota termacet di dunia. Pada tahun 2018, Jakarta menempati peringkat ke-7 sebagai kota termacet di dunia dengan tingkat kemacetan sebesar 53 persen. Kendati peringkatnya turun ke posisi 10 pada tahun 2019, nyatanya angka tingkat kemacetannya masih sama, yakni 53 persen.
Penurunan tingkat kemacetan di Jakarta sebesar 36 persen pada tahun 2020 tak pelak disebabkan lantaran berbagai kebijakan yang dibuat Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk mengurangi mobilitas masyarakat, seperti penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan kebijakan bekerja dari rumah.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah menggalakkan berbagai kebijakan yang disebut efektif mengurangi kemacetan, salah satunya integrasi transportasi. Melalui program JakLingko, moda transportasi umum saling terhubung dan memudahkan pelanggan untuk berpindah angkutan. Bahkan, pelanggan angkutan umum disebut meningkat, seperti TransJakarta yang diklaim sudah menyentuh angka satu juta pelanggan pada awal 2020.
Selain itu, pemerintah juga telah memperluas kebijakan ganjil-genap yang membuat volume kendaraan di jalanan diklaim telah menurun sehingga mengurangi kemacetan. Dinas Perhubungan DKI Jakarta menyebutkan, pada tahun 2019 sistem ganjil-genap sudah mengurangi tingkat kemacetan di Jakarta hampir 30 persen. Kebijakan ini juga diiringi dengan revitalisasi trotoar di sejumlah lokasi.
Pemerintah juga membangun Jembatan Penyebrangan Orang (JPO), halte, dan trotoar dibuat semenarik mungkin untuk mendorong warga Jakarta meninggalkan kendaraan pribadi mereka.
Pemprov DKI Jakarta memang terus menggenjot agar masyarakat beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum. Saat ini, pemerintah memiliki Transjakarta, Moda Raya Terpadu atau MRT, dan Lintas Rel Terpadu atau LRT yang bisa dipilih oleh masyarakat.
Dengan transportasi umum yang nyaman dan aman diharapkan warga Jakarta berpindah haluan dari menggunakan kendaraan pribadi beralih ke transportasi umum, sehingga angka kemacetan di Jakarta dapat berkurang.
Sebenarnya, perlahan-lahan cara pemerintah untuk mengurangi kemacetan di Jakarta mulai terasa. Jika dilihat berdasarkan angka tingkat kemacetan pada 2017 yang dirilis Indeks Lalu Lintas TomTom, Jakarta telah mengalami perbaikan dari segi kemacetan yang saat itu berada di peringkat ke-4 dari lebih 400 kota di dunia menjadi peringkat ke-31 pada tahun 2020. Namun, hal itu tidak dimungkiri dapat terjadi akibat pandemi COVID-19 yang menjadi salah satu pemicu utama. Sebab itu, pemerintah harus terus menggencarkan solusi-solusi yang efektif guna mengurangi kemacetan di Ibu Kota, terlebih jika masyarakat kembali ke aktivitas normal. Bukan tidak mungkin jika Jakarta kembali mengalami peningkatan angka kemacetan setelah pandemi usai.
Reporter: Safira Ginanisa/Marlisa Amelia