MATA INDONESIA, JAKARTA- Sampai saat ini, beberapa rencana penyerangan dari aparat keamanan Israel selalu mengalami kesulitan. Hal itu karena mereka selalu mendapat serangan balik dari kelompok Hamas Palestina. Diketahui, salah satu kelompok Muslim terbesar itu memiliki keberanian dan berkomitmen untuk menghacurkan Israel.
Berdiri pada tahun 1987, nama Hamas memiliki arti Gerakan Perlawanan Islam. Dari situ, perjalanan mereka dimulai dengan melawan penduduk Israel di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Bukan hanya itu, dibawah naungan militer Bridgade Izzedine Al-Qassam, kelompok Hamas melaksanakan program kesejahteraan sosial bagi rakyat Palestina.
Kemudian, gerakan tersebut juga terlibat dalam dunia politik hingga memenangi pemelihan umum legislatif pada tahun 2006. Sejak saat itu, mereka mampu melindungi Gaza dan menjatuhkan gerakan Fatah yang dipimpin oleh Presiden Mahmoud Abbas.
Tidak sampai disitu, kelompok Hamas yang berada di Gaza menyerang Israel tiga kali berturut turut. Sayang, atas tindakan tersebut mereka dicap sebagai kelompok teroris oleh beberapa negara diantaranya Israel, Amerika Serikat, Uni Eropa dan Inggris.
Mundur beberapa tahun sebelumnya, pada awal 1990-an gerakan tersebut mengecam kesepakatan damai antara Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Tidak main-main, mereka meluncurkan serangan bunuh diri yang menewaskan sekitar 60 warga Israel. Adapun tujuan dari rencana tersebut yaitu sebagai pembalasan atas pembunuhan pembuat bom Hamas, Yahya Ayyash, pada Desember 1995.
Dari situ, Israel menghentikan proses perdamaian. Kelompok Hamas semakin populer dan meraih kekuasaan. Kelompok ini kemudian mengelola sejumlah klinik dan sekolah bagi warga Palestina. Mayoritas penduduk Palestina malah menganggap serangan bunuh diri itu sebagai pembalasan terhadap Israel yang pernah merebut wilayah Tepi Barat.
Melihat kondisi tersebut, Israel tidak tinggal diam. Pada tahun 2004 mereka membunuh pemimpin spiritual Hamas yang bernama Sheikh Ahmad Yassin dan penerusnya, Abdul Aziz Al-Rantissi lewat serangan rudal di Gaza. Sejak itu, kelompok Hamas bersikeras untuk tidak terlibat dalam kesepatakan damai dengan Israel.
Setelah serangan berturut dari kelompok Hamas di jalur Gaza pada tahun 2006-2007, Israel berupaya untuk menghentikan aksi tersebut pada Desember 2008 melalui operasi militer Cast Lead. Hal itu karena melihat banyaknya korban berjatuhan. Tidak sampai disitu, mereka kembali menggelar operasi milliter pada November 2012. Diketahui, sebanyak 170 orang Palestina tewas akibat serangan tersebut.
Namun kelompok Hamas tidak tinggal diam, terlebih banyaknya dukungan dari rakyat Palestina. Mereka meluncurkan serangan roket dari Gaza pada Juni 2014. Akibatnya, 2.251 warga Palestina dan 67 serdadu Israel beserta enam warga sipil dinyatakan tewas. Melihat kondisi tersebut, PBB, Mesir, dan Qatar terjun langsung sebagai penengah sehingga aksi serangan tidak semakin parah.
Meski begitu, kelompok Hamas tetap berkuasa di Gaza dan terus mengembangkan segala jenis persenjataan. Sayang, perekonomian warga Palestina yang berada di kota tersebut semakin memburuk. Mereka kekurangan air, listrik, bahan makanan hingga obat obatan.
Reporter : R Al Redho Radja S