Seperti Amazon, Kihnu Pulau Terpencil di Estonia Didominasi Perempuan

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA- Pada umumnya, kaum pria lebih mendominasi terkait kepemimpinan dan kekuatan di suatu wilayah atau negara. Namun, salah satu pulau yang berada di pantai barat Estonia memiliki cerita unik didalamnya. Bayangkan saja, pulau terpencil yang bernama Kihnu itu dikuasai sepenuhnya oleh kaum wanita.

Dalam kehidupan sehari-hari, mereka melakukan pekerjaan yang tidak biasa seperti bertani, merawat ayam dan domba, membuat pakaian dam memperbaiki traktor. Bukan hanya itu, kaum wanita tersebut juga memiliki tanggung jawab besar diantaranya menyediakan kebutuhan makan sehari hari hingga mengasuh anak.

Tidak sampai disitu, mereka juga melestarikan tradisi para leluhur berupa menyebarluaskan lagu tradisional, mengembangkan kerajinan tangan, menjaga tari tarian dan menjadi kondaktur utama dari upacara pernikahan atau pemakaman. Melihat kondisi tersebut, maka tak heran kalau mayoritas orang dari beberapa negara menyebutnya sebagai pulau wanita. Hebatnya lagi, penduduk Kihnu masuk dalam daftar warisan budaya Unesco

Lalu, bagaimana peran kaum pria di pulau tersebut? Menurut cerita yang beredar, mereka pergi untuk mencari ikan di laut hingga merantau ke luar pulau. Dari situlah, kaum wanita di pulau Kihnu dapat berkembang dalam mengelola aspek kehidupan. Hal itu yang membuat para wisatawan tertarik untuk datang dan belajar tentang kekayaan yang dimiliki oleh pulau tersebut.

Meski begitu, seiring jalannya waktu populasi di pulau Kihnu terus mengalami penurunan. Terlebih lagi generasi muda disana lebih memilih untuk menjalani kehidupan diluar pulau yang menyebabkan budaya para leluhur terancam punah.

Reporter : R Al Redho Radja S

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Kemandirian Pangan dan Energi di Papua Menjadi Pilar Strategis Pembangunan Nasional

Oleh: Markus Yikwa *) Agenda kemandirian pangan dan energi kembali menempati posisi sentral dalam arah kebijakanpembangunan nasional. Pemerintah secara konsisten menegaskan bahwa ketahanan negara tidakhanya diukur dari stabilitas politik dan keamanan, tetapi juga dari kemampuan memenuhikebutuhan dasar rakyat secara mandiri dan berkelanjutan. Dalam konteks ini, Papua ditempatkansebagai salah satu wilayah kunci, baik untuk mewujudkan swasembada pangan maupunmemperkuat fondasi kemandirian energi berbasis sumber daya domestik seperti kelapa sawit. Upaya percepatan swasembada pangan di Papua mencerminkan pendekatan pemerintah yang lebih struktural dan berjangka panjang. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dalam berbagaikesempatan menekankan bahwa defisit beras di Papua tidak dapat diselesaikan hanya dengandistribusi antarpulau, melainkan harus dijawab melalui peningkatan kapasitas produksi lokal. Dengan kebutuhan beras tahunan yang jauh melampaui produksi eksisting, pemerintah memilihstrategi pencetakan sawah baru secara masif sebagai solusi konkret. Pendekatan ini menunjukkankeberanian negara untuk menyelesaikan masalah dari hulunya, bukan sekadar menambalkekurangan melalui mekanisme pasar jangka pendek. Kebijakan pencetakan sawah baru di Papua, Papua Selatan, dan Papua Barat tidak berdiri sendiri. Pemerintah juga menyiapkan dukungan menyeluruh berupa penyediaan benih unggul, pupuk, pendampingan teknologi, hingga pembangunan infrastruktur irigasi dan akses produksi. Sinergiantara pemerintah pusat dan daerah menjadi prasyarat utama agar program ini tidak berhentisebagai proyek administratif, melainkan benar-benar mengubah struktur ekonomi lokal. Denganproduksi pangan yang tumbuh di wilayahnya sendiri, Papua tidak hanya mengurangiketergantungan pasokan dari luar, tetapi juga membangun basis ekonomi rakyat yang lebihtangguh. Lebih jauh, visi swasembada pangan yang disampaikan Mentan Andi Amran Sulaiman menempatkan kemandirian tiap pulau sebagai fondasi stabilitas nasional....
- Advertisement -

Baca berita yang ini