Tampak Sama, Ini Perbedaan Inggris, Britania Raya dan Inggris Raya

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Negara Inggris (England) telah mengambil peran penting dalam pembentukan Britania Raya (Great Britain).  Menariknya, Inggris dan Britania Raya memiliki ibu kota yang sama yakni London dan tentunya ini membuat masyarakat berspekulasi bahwa Inggris dan Britania Raya serta United Kingdom tampak sama.

Perbedaan Inggris (England), Britania Raya Great Britain) dan Inggris Raya (United Kingdom) cukup membuat bingung banyak orang. Padahal jika kita telusuri sejarah kepulauan Inggris yang luas membuat penggunaan istilah untuk penyebutannya berbeda.

Banyak masyarakat yang menyebut cangkupan ketiganya sebagai Inggris. Namun, kita perlu tahu perbedaan ketiganya. Mengapa penggunaannya tampak seperti sama. Berikut ulasannya dari berbagai sumber:

Inggris (England)

Inggris adalah negara. Tetapi ia bukan negara berdaulat. Hal ini karena Inggris berbatasan oleh Wales dan sebelah barat Laut Irlandia serta sebelah utara Skotlandia yang membuat ia menjadi bagian dari Inggris Raya.

Meskipun pulau-pulau seperti Isle of Wight telah lepas dari daratan Selat Inggris, tetapi masih menjadi bagian dari Inggris. Sebut saja pulau lain seperti Scilly berada di Samudra Atlantik yang terletak di ujung barat daya Inggris. Hal ini bisa terjadi karena Selat Inggris, Selat Dover dan Laut Utara memisahkannya dari Eropa di sebelah timur.

Britania Raya (Great Britain)

Keluarnya Britania Raya dari Uni Eropa atau biasanya disingkat Brexit membuat beberapa orang mengatakan yang keluar ialah Inggris. Padahal kenyataannya Inggris hanyalah salah satu dari 4 negara konstituen di Inggris Raya (United Kingdom).

Secara geografis Pulau Britania merupakan kepulauan terbesar yang menjadi tempat tinggal dari 3 negara konstituen yaitu Inggris, Skotlandia dan Wales. Pulau ini juga dianggap terpadat setelah Pulau Jawa dan Pulau Honshu.

Penamaan Britania Raya dibentuk atas kesepakatan antara Inggris dan Wales bersama Skotlandia untuk menggabungkan diri menjadi satu kerajaan yaitu Kerajaan Britania Raya dan muncul pada tahun 1707.

Nama Britain sebetulnya sama seperti salah satu wilayah di Prancis yakni Brittany. Menurut beberapa argumen penambahan kata “Raya” dalam penamaan Britania yakni untuk membedakannya dengan wilayah tersebut.

Argumen lain mengatakan penambahan “Raya” merupakan ego Raja James I yang menandakan dirinya sebagai Raja Britania Raya. Hal ini karena ia ingin menunjukan kekuasaannya mencakup semua wilayah di pulau.

Inggris Raya (United Kingdom)

Penyebutan United Kingdom meliputi seluruh wilayah Britania Raya (Great Britania) dan Irlandia bagian Utara. Secara keseluruhan ada empat negara yang terhubung yaitu Inggris, Skotlandia, Wales dan Irlandia Utara.

Pembentukan Inggris Raya beriringan dengan Kerajaan Inggris pertama yang lahir pada 926 Masehi. Dari pembentukan ini melahirkan sejarah panjang dan cukup rumit, tetapi ada beberapa hal yang menjadi sorotan.

Kerajaan Inggris lahir merupakan dari suku Anglo-Saxon. Dibawah Raja Henry VIII membuat aturan bahwa Wales dan Kerajaan Inggris menganut hukum dan pemerintahan yang sama pada 1536 Masehi.

Kerajaan Inggris termasuk Wales pada tahun 1707 membentuk Britania Raya bersama Skotlandia dan saat Irlandia bergabung dengan Britania Raya pada 1801 M membentuk Inggris Raya.

Sayangnya hanya bagian utara Republik Irlandia saja yang masuk dalam wilayah Inggris Raya. Hal ini karena Republik Irlandia melepaskan diri. Dari kejadian ini tentunya membuat nama negara berubah menjadi United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland.

Reporter: Azzura Tunisya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Judi Daring Ancam Ekonomi Keluarga: Saatnya Literasi dan Kolaborasi Jadi Senjata

Oleh: Ratna Soemirat* Fenomena judi daring (online) kini menjadi salah satu ancaman paling serius terhadap stabilitassosial dan ekonomi masyarakat Indonesia. Di tengah kemajuan teknologi digital yang membawakemudahan hidup, muncul sisi gelap yang perlahan menggerogoti ketahanan keluarga dan moral generasi muda. Dengan hanya bermodalkan ponsel pintar dan akses internet, siapa pun kini bisaterjerumus dalam praktik perjudian digital yang masif, sistematis, dan sulit diawasi. Pakar Ekonomi Syariah dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Satria Utama, menilai bahwa judi daring memiliki daya rusak yang jauh lebih besar dibandingkan bentukperjudian konvensional. Menurutnya, sasaran utama dari perjudian daring justru kelompokmasyarakat yang secara ekonomi tergolong rentan. Dampaknya langsung terlihat pada polakonsumsi rumah tangga yang mulai bergeser secara drastis. Banyak keluarga yang awalnyamampu mengatur pengeluaran dengan baik, kini harus kehilangan kendali keuangan karenasebagian besar pendapatan mereka dialihkan untuk memasang taruhan. Satria menjelaskan, dalam beberapa kasus, bahkan dana bantuan sosial (bansos) yang seharusnyadigunakan untuk kebutuhan pokok keluarga justru dihabiskan untuk berjudi. Hal ini, katanya, bukan lagi sekadar persoalan individu, melainkan ancaman nyata terhadap ketahanan ekonominasional. Ia menegaskan, ketika uang yang seharusnya digunakan untuk makan, biaya sekolahanak, atau keperluan kesehatan malah dipakai untuk berjudi, maka kerusakannya meluas hinggapada tingkat sosial yang lebih besar. Masalah ini juga diperparah dengan munculnya fenomena gali lubang tutup lubang melaluipinjaman online (pinjol). Banyak pelaku judi daring yang akhirnya terjebak utang karena tidakmampu menutup kerugian taruhan. Satria menilai bahwa bunga pinjol yang tinggi justrumemperparah keadaan dan menjerumuskan pelakunya ke dalam lingkaran utang yang sulitdiakhiri. Dalam banyak kasus, kondisi ini menyebabkan kehancuran rumah tangga, konflikkeluarga, hingga perceraian. Efek domino judi daring, katanya, sangat luas dan tidak hanyamerugikan pelakunya saja. Selain aspek ekonomi, Satria juga menyoroti persoalan perilaku konsumsi yang tidak rasional di kalangan masyarakat. Ia menilai bahwa budaya konsumtif yang tinggi membuat masyarakatlebih mudah tergoda dengan janji palsu “cepat kaya” yang ditawarkan oleh situs judi daring. Contohnya, jika seseorang rela mengeluarkan uang untuk rokok meski kebutuhan rumah tanggaterbengkalai, maka godaan berjudi dengan iming-iming hasil instan menjadi semakin kuat. Menurutnya, perubahan pola pikir masyarakat menjadi kunci utama untuk membentengi diri daribahaya ini. Lebih jauh, Satria menegaskan bahwa penanganan judi daring tidak cukup hanya denganpendekatan represif, seperti pemblokiran situs atau razia siber. Ia menilai langkah tersebutmemang penting, tetapi tidak akan menyelesaikan akar masalah tanpa adanya peningkatanliterasi ekonomi dan kesadaran digital masyarakat. “Permintaan terhadap judi daring itu besar, sehingga selama ada permintaan, pasokan akan terus bermunculan,” ujarnya dalam wawancara. Pemerintah, katanya, harus berani menyentuh aspek edukasi publik dengan memperkuat literasidigital, keuangan, dan moral agar masyarakat memiliki ketahanan terhadap jebakan dunia maya. Upaya memperkuat literasi digital dan kesadaran publik kini mulai mendapat perhatian dariberbagai pihak, termasuk dunia akademik. Salah satu contoh nyata datang dari UniversitasLampung (Unila) melalui inovasi bertajuk Gambling Activity Tracing Engine (GATE...
- Advertisement -

Baca berita yang ini