Soeharto Ternyata Gemar Cersil Kho Ping Hoo

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Di masa pemerintahan Soeharto ketakutan maupun kebencian terhadap Cina (Sinofobia) cukup besar. Etnis Tionghoa dituduh sebagai antek komunis.

Tak ayal, perayaan Imlek, pertunjukan barongsai, pemakaian istilah khas Cina hingga penulisan cerita silat (cersil) berbahasa Tionghoa pun dilarang keras.

Di balik gencarnya larangan tersebut, ternyata diam-diam Soeharto adalah seorang penggemar berat cersil berbudaya Tionghoa, salah satunya adalah karya Kho Ping Hoo. Aneh tapi nyata.

Maklum di era 70-an, Kho Ping Hoo adalah primadona cerita fiksi Tionghoa. Gaya tulisannya yang menarik, diselingi alur cerita dan konflik yang seru tentu memantik imajinasi pembaca. Sudah pasti para penggemarnya termasuk Soeharto akan penasaran untuk terus melanjutkan ke jilid atau judul-judul berikutnya.

Dikisahkan bahwa pada suatu kesempatan, Soeharto pernah menyuruh ajudannya mendatangi percetakan menanyakan jadwal terbit lanjutan edisi Kho Ping Hoo. Bahkan ia meminta agar serial terbaru Kho Ping Hoo dikirimkan ke Cendana.

Hal senada juga diungkapkan oleh Penerjemah cerita silat Cina, Gan KL. Ia menuturkan bahwa sekitar tahun 1960-an, salah seorang ajudan Soeharto sering mondar-mandir ke rumahnya menanyakan lanjutan cersil terjemahannya.

Karya Kho Ping Hoo laksana ‘oase penyejuk’ di hati keturunan Tionghoa yang hidup dalam tekanan di era Soeharto. Cersil yang dikemas dalam bentuk buku saku tersebut turut menjadi ‘sumber’ langka untuk kebudayaan, sejarah, agama bahkan moral Tionghoa.

Walaupun sebenarnya karya tersebut hanyalah tuangan fantasi Kho Ping Hoo, namun ikut membangkitkan rasa ingin tahu dan keinginan untuk belajar lebih banyak tentang budaya Cina di kalangan pembacanya.

Selama 30 tahun, Kho Ping Hoo sukses menulis sedikitnya 120 judul cerita dan dikemas dalam 13 serial. Salah satu serial yang cukup melegenda adalah Bu Kek Sian Su.

Ia lahir dengan nama lengkap Asmaraman Sukowati Kho Ping Hoo, di Sragen, 17 Agustus 1926. Kemudian tutup usia 22 Juli 1994, pada umur 67 tahun.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pemerintah Tegaskan Bansos Harus Bermanfaat, Bukan Alat Judi Daring

Oleh : Wiliam Pratama Bantuan sosial (bansos) yang disalurkan oleh pemerintah merupakan bentuk nyata kepeduliannegara terhadap masyarakat yang terdampak situasi ekonomi. Di tengah tekanan daya beliakibat fluktuasi harga kebutuhan pokok, bansos menjadi instrumen penting untuk menjagastabilitas sosial, membantu keluarga kurang mampu memenuhi kebutuhan dasar, sertamenjadi penguat daya tahan rumah tangga. Namun di balik niat baik itu, terdapat tantanganserius: penyalahgunaan bansos untuk praktik Judi Daring yang merusak sendi ekonomi dan moral masyarakat. Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka, secara tegas mengingatkan masyarakatpenerima Bantuan Subsidi Upah (BSU) agar tidak menyalahgunakan dana bantuan untukaktivitas yang kontraproduktif. Dalam kunjungannya ke Kota Pekanbaru, Wapres meninjaulangsung proses penyaluran BSU yang diberikan kepada pekerja sektor informal dan buruhterdampak ekonomi. Ia menekankan bahwa bansos ini bukan untuk dibelanjakan pada kegiatan spekulatif seperti Judi Daring, tetapi harus digunakan untuk memenuhi kebutuhanpokok dan memperkuat ekonomi keluarga. Peringatan Wapres Gibran bukan tanpa dasar. Praktik Judi Daring saat ini telah menjangkitiberbagai lapisan masyarakat, termasuk mereka yang berada dalam tekanan ekonomi. Dengandalih “mencari keberuntungan,” sebagian masyarakat justru terjebak dalam pusaran hutangdan ketergantungan. Hal ini sangat ironis, karena dana yang disediakan negara sebagaipenopang hidup justru berpotensi menjadi jalan kehancuran jika tidak digunakan secara bijak. Hal senada juga ditegaskan oleh Gubernur Jawa...
- Advertisement -

Baca berita yang ini