SMRC: Rebut Suara Undecided Voters, Elektabilitas Prabowo Naik di Maret 2019

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA – Jelang pemungutan suara Pilpres 2019, elektabilitas pasangan Prabowo-Sandiaga mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Berdasarkan survei lembaga Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), yakni di angka 37 persen dari 31,8 persen dari survei bulan Februari 2019.

Menurut Direktur Riset SMRC Deni Irvani, pasangan nomor urut 02 itu berhasil mengambil 3,3 persen suara dari undecided voters. Sebelumnya pada bulan Februari lalu, undecided voters tercatat ada 10,6 persen. “Saat ini menjadi 6,3 persen. Kesimpulannya Prabowo naik. Artinya Prabowo-Sandi mengambil undecided,” kata Deni di Jakarta, Jumat 12 April 2019.

Meski begitu, pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Ma’ruf Amin masih unggul dalam survei yang melibatkan 2.568 responden. Dalam survei tersebut, pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 itu mendapatkan 56,8 persen suara responden.

Sementara pasangan Prabowo-Sandi hanya mendapatkan 37 persen suara responden. “Dengan metode pengukuran langsung, dukungan untuk Jokowi-Ma’ruf 56,8 persen, Prabowo-Sandi 37 persen, dan yang tidak tahu atau rahasia 6,3 persen,” kata dia.

SMRC mengaku jika survei tersebut dilakukan pada 5-8 April 2019. Dari populasi orang yang telah memilih hak pilih, diperoleh 2.568 responden melalui stratified multistage random sampling.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 2.285 responden berhasil diwawancarai secara valid lewat tatap muka. Margin of error survei sebesar 2,1 persen dan tingkat kepercayaannya sebesar 95 persen.

Namun, margin of error tersebut dikatakan dapat lebih besar karena efek desain survei. Jika dibandingkan dengan perolehan pada Februari 2019, elektabilitas Jokowi-Ma’ruf mengalami penurunan sebesar 0,8 persen, dari 57,6 persen menjadi 56,8 persen.

Berita Terbaru

Pencegahan TPPO di Jogja Diperkuat, Gugus Tugas Dibentuk Kurangi Kasus

Mata Indonesia, Yogyakarta - Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) semakin menjadi perhatian serius di Indonesia, termasuk di Kota Yogyakarta. Korban TPPO seringkali berasal dari kalangan Pekerja Migran Indonesia (PMI), yang terjerat dalam kasus perdagangan manusia akibat berbagai faktor risiko.
- Advertisement -

Baca berita yang ini