MATA INDONESIA, JAKARTA – Kita pasti pernah lihat gambar mata satu dalam segitiga. Hal ini sudah nggak asing lagi. Dari video musik sampai lukisan—simbol ini bisa dibilang cukup mainstream. Tapi apa artinya? Bagaimana awal kisahnya sebelum seperti sekarang?
Untuk pertanyaan siapakah yang menciptakan simbol tersebut? Tapi memang mata satu merupakan simbol kuno yang ada sejak zaman dahulu.
Kemunculannya masih di perdebatkan. Kalau di Yunani, simbol ini dulu muncul di peralatan minum, setidaknya tahun 6 SM. Pemahaman dari simbol ini adalah perlindungan dari roh jahat. Fungsinya untuk melindungi pemakainya dari orang dengki.
Peneliti Plutarch memperkirakan bahwa mata itu jadi simbol sumber kekuatan sinar yang sifatnya seperti panah beracun dari batin pemakainya. Bagi yang nggak sadar, mungkin simbol ini bisa untuk mengutuk mereka.
Simbol ini memang muncul di banyak tempat, bahkan gereja. Seringnya, mereka terkait dengan Illuminati atau Freemason. Simbol ini juga muncul pada uang dollar Amerika. Tapi, menurut pemahaman mereka, apa arti dari simbol ini?
Sebenarnya, simbol ini juga dianggap sebuah simbol dalam agama Kristen. Mereka menyebutnya ‘mata Ilahi’ atau ‘eye of providence’. Artinya adalah rasa kasih Tuhan yang memperhatikan manusia.
Mirip dengan yang di Yunani, tapi untuk agam Kristen, artinya lebih religius. Segitiga yang terbentuk di sekitar mata menyimbolkan Trinitas Suci agama mereka. Gunanya untuk menjaga yang menggunakan.
Dulu bangsa Sumeria juga punya simbol ini—dengan arti yang mirip sekali. Mereka punya perayaan sendiri untuk ‘pembukaan mata’ pada patung yang mereka buat.
Lalu, budaya Mesir kuno mengadaptasinya. Cuma mereka menggunakan matanya saja dan menjadi simbol mata Horus. Kalau di Mesir, matanya campuran mata manusia dan Falcon, fungsinya sama: melindungi.
Sayangnya, untuk detil lebih dalam mengenai simbol ini di Mesir nggak diketahui. Data yang ditemukan tidak cukup dan hieroglyphs sulit untuk diterjemahkan. Jadi, lara peneliti pun kesulitan memahami apa pandangan Mesir tentang simbol mata satu ini.
Yang pasti, simbol ini diturunkan sampai ke era modern.
Contohnya, ya, di cetakan deklarasi atas HAM di Prancis ada simbol ini. Cetakannya di desain oleh Jean-Jacques-François le Barbier pada tahun 1789. Bukan itu saja, di Inggris pun simbol ini banyak yang menggunakannya dalam kehidupan bernegara. Seperti pada logo buatan Jeremy Bentham untuk Panopticon. Mata Ilahi ada pada cetakannya yang sekelilingnya tulisan ‘mercy (ampunan)’, ‘justice (keadilan)’, dan ‘vigilance (kewaspadaan)’.
Amerika juga menggunakan simbol ini. Bukan cuma di uang mereka, tapi pada Segel Agung Amerika Serikat tahun 1782.
Di bagian belakangnya ada gambar piramida belum rampung dengan mata satu di atasnya. Desain ini atas saran Sekretaris Kongres Kontinental, Charles Thomson.
Sejauh ini, kemungkinan besar penggunaan simbol ini tanpa ada kaitan dengan Freemason atau Illuminati. Banyak perhiasan bahkan menggunakan simbol ini—termasuk istri Pangeran Harry, Meghan Markle.
Di budaya modern, biasanya penggambaran mata dengan warna biru atau hijau sebagai jimat perlindungan.
Simbol ini jadi inspirasi berbagai perhiasan seperti kalung dan anting. Kadang juga sebagai jimat di depan rumah, gunanya untuk menghalau peruntungan buruk.
Lalu, bagaimana dia bisa terkait dengan Illuminati?
Illuminati adalah sebuah organisasi yang berdiri pada 1776 dan bubar pada tahun 1787. Memang mereka terinspirasi Freemason dan mata tersebut menjadi simbol Tuhan bagi pengikutnya.
Tapi, menurut catatan, mereka sendiri menggunakan simbol tersebut setelah mata satu menjadi hal ‘mainstream’.
Adanya orang penyuka konspirasi membuat banyak orang selalu mengasosiasikan simbol tersebut dengan keterkaitan pihak tertentu dengan Illuminati. Tapi, selebihnya, hal ini kadang cuma jadi sebuah ‘gaya’.
Di era modern, simbol ini masih banyak dan bertebaran terutama di industri hiburan. Seperti dalam video Beyoncé, Jay-Z, bahkan Madonna. Memang, penggunaannya selalu menuai kontroversi atau perdebatan antara orang-orang. Terlepas dari apapun artinya, rasanya simbol ini memang sebuah desain zaman kuno yang masih eksis sampai sekarang, ya?
Penulis: Deandra Alika Hefandia