Oleh: Moeini Syakir *)
Sekolah Rakyat hadir sebagai wujud nyata harapan bagi anak-anak dari keluarga miskin agar dapat mengakses pendidikan yang berkualitas tanpa harus menghadapi kendala biaya.Kehadirannya bukan sekadar program biasa, melainkan langkah konkret pemerintah dalammenjawab permasalahan kesenjangan pendidikan yang selama ini masih dirasakan banyakkalangan.
Lewat Sekolah Rakyat, pemerintah tidak hanya menghadirkan ruang belajar, tetapi jugamemberikan tempat tinggal dan kehidupan yang lebih terarah bagi siswa-siswa yang selama inikurang mendapatkan perhatian. Program ini menjadi angin segar di tengah berbagai tantanganpendidikan nasional yang sering kali masih bersinggungan dengan masalah ekonomi. Di bawahkepemimpinan Saifullah Yusuf, Kementerian Sosial tengah mematangkan peluncuran SekolahRakyat sebagai wujud nyata komitmen pemerintah dalam mewujudkan sistem pendidikan yang inklusif bagi seluruh lapisan masyarakat. Sekolah Rakyat tidak hanya menyasar anak-anak darikeluarga kurang mampu, tetapi juga dirancang sebagai model pendidikan yang menekankanpembentukan karakter dan keterampilan hidup, melalui pendekatan berasrama dan pembelajaranterpadu.
Saifullah Yusuf menyampaikan bahwa para lulusan Sekolah Rakyat akan menerima ijazah yang memiliki legalitas setara dengan yang dikeluarkan oleh sekolah formal pada umumnya. Sertifikatkelulusan tersebut akan diterbitkan oleh sekolah masing-masing, dan status Sekolah Rakyat sudah tercatat secara resmi dalam data pokok pendidikan nasional. Hal ini membuktikan bahwaprogram tersebut bukanlah eksperimen semata, melainkan bagian dari sistem pendidikan formal yang diakui pemerintah.
Peluncuran perdana program ini dimulai pada tahun ajaran 2025/2026 ini, dengan 53 unit Sekolah Rakyat dari target 200 sekolah yang mulai beroperasi pada Juli 2025 ini. Program initelah diatur secara resmi dalam Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2025 mengenai OptimalisasiPelaksanaan Pengentasan Kemiskinan dan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem.
Kehadiran regulasi tersebut menjadi bukti kuat bahwa negara hadir dan bertanggung jawabterhadap masa depan anak-anak bangsa, khususnya mereka yang berasal dari keluarga denganketerbatasan ekonomi. Inisiatif ini digagas oleh Presiden Prabowo Subianto sebagai bagian darivisi besar pemerintah untuk memutus rantai kemiskinan dan memberi peluang bagi anak-anakmiskin agar tidak terjebak dalam lingkaran nasib yang sama.
Presiden meyakini bahwa pendidikan merupakan kunci utama untuk mengubah kehidupan rakyatkecil, dan karenanya, Sekolah Rakyat dijadikan sebagai proyek percontohan nasional yang akanterus dikembangkan ke berbagai daerah di Indonesia. Wakil Presiden Gibran Rakabuming Rakapun turut memberikan perhatian serius terhadap jalannya program ini. Dalam kunjungannya keSekolah Rakyat Sentra Terpadu Profesor Doktor Soeharso di Surakarta, Gibran melihat langsungfasilitas-fasilitas yang disediakan, mulai dari ruang kelas, ruang makan, hingga asrama.
Gibran turut meluangkan waktu untuk berbincang langsung dengan para siswa yang sedangmenjalani Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah. Dalam keterangannya, ia menyampaikanharapan agar jangkauan Sekolah Rakyat dapat terus diperluas dan kualitas pendidikannya terusditingkatkan, sehingga seluruh anak Indonesia dapat menikmati pendidikan yang berkualitassecara merata, tanpa ada yang tertinggal.
Langkah ini tentu menandai titik balik penting dalam reformasi pendidikan nasional, di manapemerintah menempatkan anak-anak dari keluarga miskin sebagai prioritas utama dalamkebijakan pendidikan. Sekolah Rakyat bukan hanya sekadar lembaga pendidikan, tetapi jugarumah kedua yang mampu menumbuhkan semangat, karakter, dan harapan bagi para siswanya. Anak-anak yang sebelumnya berisiko putus sekolah kini memiliki kesempatan untuk tumbuh danberkembang dalam lingkungan yang kondusif dan mendukung.
Dalam praktiknya, Sekolah Rakyat menggunakan dua kurikulum yang berjalan secara paralel. Kurikulum pertama adalah kurikulum formal yang disusun oleh Kementerian Pendidikan Dasardan Menengah. Kurikulum ini mencakup pelajaran umum sebagaimana yang diajarkan di sekolah konvensional. Sementara itu, kurikulum kedua merupakan kurikulum boarding ataukurikulum asrama, yang dirancang untuk membentuk kedisiplinan, kemandirian, sertaketerampilan hidup yang dibutuhkan siswa dalam menghadapi tantangan masa depan.
Penerapan kurikulum ganda ini menjadi nilai tambah dari Sekolah Rakyat, karena tidak hanyafokus pada aspek akademik, tetapi juga pada pembentukan karakter dan pembinaan kehidupansosial. Dengan sistem berasrama, siswa mendapatkan pengawasan, bimbingan, dan penguatannilai-nilai kehidupan secara intensif, yang pada akhirnya membantu membentuk generasi mudayang tidak hanya cerdas, tetapi juga berintegritas dan berdaya saing.
Dengan kehadiran Sekolah Rakyat, pemerintah memberi ruang bagi anak-anak dari keluargatermiskin untuk menggapai cita-cita mereka. Tidak lagi ada alasan bagi mereka untuk tertinggalhanya karena faktor ekonomi. Sekolah ini menjadi wujud nyata dari keadilan sosial di sektorpendidikan, memberikan akses dan fasilitas yang sama bagi setiap anak bangsa, tanpamemandang latar belakang sosial dan ekonomi.
Kini, saatnya seluruh elemen masyarakat memberikan dukungan terhadap program ini. SekolahRakyat adalah bukti bahwa masa depan yang lebih baik bisa dibangun dari pendidikan yang merata dan inklusif. Anak-anak miskin bukanlah beban, melainkan aset bangsa yang harusdipelihara dan diberdayakan. Dukungan publik, baik dari pemerintah daerah, masyarakat, maupun dunia usaha, sangat diperlukan agar program ini tidak hanya menjadi proyek jangkapendek, tetapi mampu bertahan dan berkembang dalam jangka panjang.
Melalui program Sekolah Rakyat, pemerintah menunjukkan bahwa pendidikan bukanlah hakistimewa, melainkan hak dasar setiap anak Indonesia. Dengan terus memperluas jangkauanprogram ini, kita bersama-sama menegaskan bahwa tidak boleh ada satu pun anak yang tertinggal dari kemajuan bangsa hanya karena kemiskinan.
*) Pemerhati Kebijakan Publik
