MATA INDONESIA, JAKARTA – “Begadang jangan begadang, kalau tiada artinya,” demikian petikan lirik lagu Begadang yang dipopulerkan oleh Raja Dangdut, Rhoma Irama. Tentu saja lagu ini begitu melekat di ingatan masyarakat Indonesia.
Bang Haji demikian sosok Rhoma Irama ini disapa, memiliki peran besar dalam industri dangdut Tanah Air. Tahun 1970-an menjadi tahun di mana musik dangdut mulai menunjukkan eksistensinya. Kemunculan Rhoma Irama bersama Soneta Group memberi nuansa baru dalam belantika musik Indonesia.
Penampilannya bersama Soneta langsung mencuri atensi masyarakat luas hingga akhirnya tema dangdut pun menjadi sangat beken dan mendapatkan tempat di industri musik Indonesia. Bahkan, menjadi tren musik saat itu. Majalah TEMPO tahun 1984 menuliskan, “Tak ada jenis kesenian mutakhir yang memiliki lingkup sedemikian luas.”
Musik dangdut yang fleksibel dimanfaatkan Rhoma untuk membuat sebuah terobosan baru bernama “New Dangdut”. Dangdut yang semula sarat akan unsur musik Melayu dan India digabungkan dengan elemen musik Rock and Roll serta tambahan karakteristik Timur Tengah. Penyanyi Rock Indonesia, Achmad Albar berpendapat bahwa Rhoma Irama merupakan seorang pionir sebab pintar mengawinkan orkes Melayu dengan Rock. Namun, jika diperhatikan bukan hanya Rock saja, Rhoma Irama juga memadukan musik pop, India, hingga orkestra. Hal ini pula yang menjadikan setiap lagu Rhoma memiliki animo yang berbeda.
Tak hanya itu, Rhoma juga menuliskan lirik lagu yang kental akan pesan moral dan sosial terkait kehidupan sehari-hari masyarakat. Bukan hanya itu, performa di atas panggung juga ia buat sedemikian rupa. Mulai dari segi artistik, seperti penempatan cahaya, penataan suara, panggung hingga kostum, dan penyanyi latar dilakukan secara maksimal agar memberikan kesan megah.
Sederet lagunya pada masa itu seperti Begadang (1970), Penasaran (1976), dan Perjuangan Dan Doa (1970) ikut melejit. Dilansir dari Wikipedia, berdasarkan data penjualan kaset dapat dihitung jumlah penggemar Rhoma mencapai hampir 15 juta atau setara dengan sepuluh persen penduduk Indonesia saat itu! Atas prestasinya tersebut, Rhoma sering mendapatkan penghargaan berupa puluhan Pilingan Emas atau yang disebut Golden Record atas kesuksesan penjualan kaset-kasetnya.
Dangdut yang semula hanya menggema di sudut-sudut kampung mulai digaungkan di gedung-gedung pertunjukan dan beralih menjadi musik mapan (settled music). Berkat itu pula, Rhoma dinobatkan sebagai Raja Dangdut Indonesia.
Kejayaan Rhoma Irama dalam berdangdut menjadi inspirasi munculnya bintang-bintang lain dalam melebarkan kiprahnya di dunia perdangdutan, layaknya A. Rafiq, Mansyur S, Camelia Malik, Rita Sugiarto, Meggi Z, dan lain sebagainya. Sampai kemudian dangdut mulai berkembang dengan jenis baru seperti dangdut humor, dangdut daerah, dangdut disko, dan dangdut pop modern yang dinikimati saat ini.
Kini, Rhoma Irama dikenal sebagai sosok legendaris dan menjadi panutan bagi para penyanyi dangdut muda. Meski masa kejayaannya bersama Soneta Group sudah digantikan, tak membuat mereka hilang begitu saja. Rhoma dan Soneta masih tetap eksis di pertelevisian nasional untuk membawakan hits mereka di atas pentas.
Reporter: Ananda Salsabila Nadira