MATA INDONESIA, NURSULTAN – Kerusuhan terjadi di Kazakhstan. Pertumpahan darah terjadi dan menewaskan ratusan orang. Polisi menahan 2.298 pengunjuk rasa.
Kerusuhan ini berawal pada Minggu 2 Januari 2022, satu hari setelah warga Kazakhstan merayakan tahun baru. Harga Liquefied Petroleum Gas (LPG), bahan bakar mobil orang-orang Kazakhstan naik dua kali lipat. Hal tersebut membuat warga Kazakhstan turun ke jalan mengajukan protes karena kenaikan ini.
Presiden Kassym-Jomart Tokayev memecat seluruh kabinetnya. Ia juga berani memecat Nursultan Nazarbayev, Kepala Dewan Keamanan yang sebelumnya adalah presiden sebelum digantikan Tokayev. Namun demonstrasi terus berlangsung dan malah semakin parah.
Panik, Presiden Tokayev meminta bantuan kepada Rusia. Dalam pidatonya, Tokayev menuding bahwa aksi demonstrasi itu adalah ulan teroris.
Pada Kamis 6 Januari 2022, pemerintah Kazakhstan mencoba untuk mengakhiri aksi demonstrasi ini dengan memberikan pengumuman mengenai estimasi waktu untuk memulihkan harga bahan bakar. Namun, hal tersebut tidak mengakhiri kerusuhan yang terjadi.
Masyarakat sudah tidak lagi mempermasalahkan kenaikan harga bahan bakar. Mereka juga sudah mulai minta pergantian pemerintah karena dianggap terlalu otoriter.
Sekitar 2.500 tentara Rusia datang ke Kazakhstan untuk mengakhiri dan mengamankan kerusuhan tersebut. Mereka akan menetap di Kazakhstan cukup lama. Rusia menjanjikan akan mengamankan fasilitas negara dan militer sekaligus membantu kepolisian Kazakhstan.
Kerusuhan yang terjadi di Almaty, Kota terbesar di Kazakhstan menyebabkan zona tersebut berubah menjadi zona konflik. Para pasukan keamanan dengan bebas menembaki para demonstran dengan senjata yang mereka bawa.
Seorang pekerja konstruksi berusia 58 tahun bernama Saule mengatakan dirinya melihat secara langsung 10 orang tewas dalam sekejap saat diberondong oleh pasukan keamanan
Massa semakin marah dan beringas. Mereka berani melawan petugas dengan senjata seadanya. Sekitar 18 pasukan keamanan tewas di Almanty. Dua diantaranya bahkan mati dipenggal. Kementrian kesehatan Kazakhstan mengatakan bahwa ada sekitar 1.000 orang terluka dalam kerusuhan tersebut.
Kerusuhan ini juga berujung dengan aksi pembakaran. Tidak hanya kendaraan, gedung pemerintah pun menjadi target dari para pengunjuk rasa. Kediaman Presiden di Almaty dan Kantor Wali Kota merupakan gedung-gedung yang terbakar oleh pengunjuk rasa.
Dampak kerusuhan dan aksi demonstrasi ini membuat warga kesulitan mencari bahan makanan. Banyak pusat perbelanjaan tutup. Yang buka hanyalah toko-toko kecil di sekitar Pom Bensin. Akibatnya antrean panjang pun mengular di beberapa pom benson. Kondisi makin buruk saat pemerintah memblokir internet sehingga merepotkan warga untuk menarik uang dari ATM.
Situasi beberapa kota di Kazakhstan semakin rawan. Rumah-rumah tutup dan warga tak berani keluar apalagi di malam hari. Beberapa warga melakukan pemblokiran jalan karena khawatir ada penjarahan massal.
Dunia internasional saat ini sedang menyoroti situasi dan kondisi di Kazakhstan. Termasuk maraknya pelangaran Hak Asasi Manusia. Tentara Rusia yang ikut membantu mengamankan situasi ternyata juga melakukan banyak pelanggaran HAM. PPB bersama Amerika Serikat, Inggris dan Prancis mendesak Kazakhstan termasuk Rusia untuk bertindak berlebihan terhadap warganya.
Kerusuhan ini juga ternyata mengkhawatirkan orang-orang Indonesia yang hidup dan tinggal di sana. Fadjroel Rachman, Dubes RI di Kazakhstan mengatakan kalau ada sekitar 141 WNI hidup dan tinggal di negara ini. Ia mengimbau untuk para WNI agar selalu waspada, menjauhi kerumunan, dan tidak bepergian ke luar kecuali untuk hal-hal penting.
Reporter: Desmonth Redemptus Flores S