MATA INDONESIA, PORT AU PRINCE – Pihak berwenang mengungkapkan bahwa dua wartawan dibunuh oleh anggota geng di pinggiran Port-au-Prince, Haiti. Sebagaimana diketahui, Haiti tengah mengalami krisis keamanan setelah mantan Presiden Jovenel Moise ditembak mati enam bulan lalu.
“Wilguens Louissaint dan Amady John Wesley tewas dalam penembakan,” kata Radio Ecoute FM kepada AFP, melansir France24, Jumat, 7 Januari 2022.
Media lokal mengabarkan bahwa dua wartawan itu ditembak mati oleh geng kriminal pesaing dari orang yang diwawancarai, meski motifnya masih diselidiki. Sementara wartawan ketiga, yang bersama mereka pada saat itu berhasil melarikan diri.
“Kami mengutuk keras tindakan kriminal dan barbar ini,” kata Francky Attis, direktur umum Radio Ecoute FM, yang mempekerjakan Wilguens dan Wesley.
Berbasis di kota Montreal, Kanada, yang merupakan rumah bagi komunitas Haiti yang besar, outlet media mendesak pemerintah Haiti untuk bertindak secara bertanggung jawab demi menciptakan kondisi keamanan yang menguntungkan bagi semua.
Geng di Haiti baru-baru ini memperluas jangkauan mereka di luar lingkungan Port-au-Prince yang lebih miskin. Sedangkan daerah Laboule 12, tempat ketiga wartawan itu bertugas, menjadi sasaran pertempuran sengit antara beberapa geng bersenjata yang berusaha mengamankan kendalinya.
Pada Juli 2021, Presiden Haiti saat itu Jovenel Moise dibunuh di kediaman pribadinya di Port-au-Prince. Kejadian ini kian memperburuk krisis politik dan keamanan yang dihadapi warga Haiti setiap hari.
Haiti mencatat setidaknya 950 penculikan selama tahun 2021, menurut Pusat Analisis dan Penelitian Hak Asasi Manusia, yang berbasis di Port-au-Prince.
Pada 12 Maret 2021, empat petugas polisi tewas dalam upaya penggerebekan di lingkungan Port-au-Prince, yang diketahui digunakan oleh satu geng sebagai tempat penampungan korban penculikan.
Jauh sebelumnya, pembunuhan jurnalis Haiti Jean Dominique pada April 2000, reporter paling terkenal di Haiti saat itu, masih belum terpecahkan bahkan hingga sekarang.
Pada Juni 2021, jurnalis Diego Charles terbunuh, bersama dengan seorang aktivis politik oposisi dan 13 orang lainnya. Para pelaku penembakan Port-au-Prince belum juga berhasil diidentifikasi oleh penegak hukum.
Jurnalis foto Vladjimir Legagneur tidak pernah kembali dari perjalanan pelaporan pada periode Maret 2018 ke lingkungan Martissant yang miskin — di mana saat ini wilayah itu mayoritas dikendalikan oleh geng.