MATA INDONESIA, JAKARTA – Siapa tak kenal Buya Hamka? Ia merupakan sosok ulama besar dan juga penulis ternama.
Buya Hamka merupakan seorang penulis yang karyanya tak perlu diragukan lagi. Buku-bukunya pun banyak dikaji ulang oleh peneliti Indonesia, Malaysia, dan Singapura.
Sosok Buya Hamka telah menulis 84 judul buku. Tulisannya juga banyak menghiasi berbagai macam surat kabar dan majalah.
Karyanya kebanyakan merupakan tulisan tentang sejarah, budaya, dan bidang-bidang kajian Islam. Tapi, yang mana saja karya terbaik Buya Hamka? Yuk simak!
1. Di Bawah Lindungan Ka’bah
Karya pertama Buya Hamka yang terkenal ialah buku Di Bawah Lindungan Ka’bah. Novel yang diterbitkan pada tahun 1938 oleh Balai Pustaka ini merupakan salah satu novel terbaik dari Buya Hamka.
Gaya penulisan novel ini berbentuk singkat dan sederhana, sehingga mudah dipahami para pembaca. Selain itu, Hamka juga mengedepankan ajaran-ajaran dasar tentang agama Islam.
Novel ini menceritakan kisah antara Hamid dan Zainab yang sama-sama jatuh cinta. Sayangnya, mereka terpisah karena perbedaan latar belakang sosial.
Pada akhir cerita, Hamid mengetahui Zainab meninggal. Ia pun memutuskan untuk pergi ke Mekkah dan beribadah sampai akhir hayatnya dihadapan Ka’bah. Karena itulah, novel ini sangat diminati masyarakat dan diadaptasi menjadi film, pada tahun 1981 dan 2011.
2. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Selanjutnya ada novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Buku yang ditulis oleh Hamka ini merupakan salah satu karyanya yang terbaik. Novel tersebut mengisahkan tentang adat di Minangkabau dan perbedaan latar belakang sosial. Dalam ceritanya, Hamka juga mengkritik soal tradisi nikah paksa di Minangkabau.
Novel ini pertama kali ditulis Hamka dalam cerita bersambung sebuah majalah yang dipimpinnya, Pedoman Masyarakat (1938). Karena ceritanya yang menarik, para kritikus kemudian menyebutkan bahwa Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck merupakan salah satu karya terbaik Hamka.
3. Merantau ke Deli
Terakhir ialah buku Merantau ke Deli. Buku ini merupakan novel Hamka yang diterbitkan pada tahun 1939. Sama seperti Tenggelamnya Kapal van der Wijck, novel ini juga pertama kali diterbitkan dalam bentuk cerita bersambung di majalah Pedoman Masyarakat.
Dalam buku ini, Hamka mengusung tema adat Minang yang kental. Dalam ceritanya, Merantau ke Deli mengisahkan seorang laki-laki Minangkabau yang akan dipandang hina jika menikahi perempuan yang bukan berasal dari suku yang sama.
Berbeda dari novel sebelumnya, karya Hamka yang ini memiliki keistimewaan, yaitu perkembangan sastranya. Di buku ini, tidak banyak bahasa yang diubah oleh penerbit. Selain itu, novelnya juga bersifat mengajarkan pembaca dengan cara yang seru dan tidak berlebihan.
Reporter : Anggita Ayu Pratiwi