Memahami Pesan dengan Kode Morse

Baca Juga

MATA INDONESIA, LONDON – Kalau kalian aktif dan pernah menjadi anggota Pramuka, rasanya tak asing dengan istilah dan kode Sandi Morse. Ini telah menjadi bagian dari sejarah Kepanduan atau Scout Movement di seluruh dunia, termasuk gerakan Pramuka di Indonesia. Kode dalam Sandi Morse sudah diperkenalkan sejak abad ke-19 Masehi.

Istilah Sandi Morse diambil dari nama belakang penemunya, yakni Samuel Finley Breese Morse alias Samuel Morse. Ia lahir di Charlestown, Massachusetts, Amerika Serikat, tanggal 27 April 1791. Selain sebagai ilmuwan atau penemu, Samuel juga dikenal sebagai pelukis yang cukup terkenal kala itu.

Awalnya, sebelum penemuan telegraf, sebagian besar pesan jarak jauh dikirim oleh kurir dengan menghafalnya atau dibawa secara tertulis. Pesan juga dapat dikirimkan melalui kode semafor (semaphore) dengan menggunakan bendera atau alat-alat lainnya. Kemudian ada sistem mekanis yang disebut telegraf semafor. Namun, sistem ini mengharuskan penerima untuk cukup dekat melihat pengirim, kekurangannya adalah tidak dapat digunakan pada malam hari.

Telegraf memungkinkan pesan dikirim dari jarak jauh dengan sangat cepat menggunakan listrik. Telegraf komersial pertama dikembangkan oleh William Forthergill Cooke dan Charles Wheaststone pada 1837. Mereka mengembangkan perangkat yang dapat mengirim pesan menggunakan sinyal listrik untuk meluruskan jarum kompas pada kotak yang berisi huruf-huruf alfabet.

Tahun 1838, Samuel Morse dan asistennya, Alfred Vail, mendemonstrasikan perangkat telegraf yang lebih sukses dengan menciptakan alfabet khusus untuk digunakan sebagai pengirim pesan di telegraf. Kode ini kemudian dikenal sebagai Sandi Morse. Pesan telegraf dikirim dengan mengetuk kode untuk setiap huruf dalam bentuk sinyal panjang dan pendek. Sinyal pendek disebut dits (titik).

Sinyal panjang disebut dahs (tanda hubung). Kode ini diubah menjadi impuls listrik dan dikirim melalui kabel telegraf. Penerima telegraf di ujung kabel mengubah impuls kembali ke titik dan garis, lalu menerjemahkan pesan.

Pada 1844, Samuel Morse mendemonstrasikan telegraf dengan mengirimkan pesan pertama ke Kongres Amerika Serikat dengan kode Morse, “What hath God wrought”, atau “Apakah yang telah Tuhan tulis?”

Kode asli Morse tidak persis sama dengan yang digunakan saat ini, termasuk jeda serta tanda hubung dan titik. Dalam konferensi di Berlin pada 1851, ditetapkan versi internasional Sandi Morse yang digunakan hingga sekarang. Sandi Morse dipelajari sebagai salah satu bentuk keterampilan.

Kode ini disampaikan dengan menggunakan senter atau peluit. Peluit ditiup dengan durasi pendek untuk mewakili titik dan durasi panjang untuk mewakili garis.

Kode yang paling terkenal dalam Sandi Morse adalah SOS, digunakan untuk memanggil bantuan, biasanya oleh pelaut di kapal yang sedang berlayar di laut lepas, jika berada dalam situasi berbahaya dan darurat. Seorang anggota Pramuka yang memiliki kemampuan menerima dan mengirimkan Sandi Morse dengan baik berpeluang menerima penghargaan berupa Tanda Kecakapan Khusus.

Reporter : Mala Febriana 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Survei Warga Jogja Hadapi Pilkada 2024: Politik Uang Banyak Ditolak Lebih Pilih Calon Bermisi Visi Jelas

Mata Indonesia, Yogyakarta - Muda Bicara ID kembali menyelenggarakan survei terkait Pilkada Kota Jogja 2024, kali ini dengan fokus pada politik uang dan faktor-faktor yang memengaruhi pilihan warga dalam memilih wali kota dan wakil wali kota.
- Advertisement -

Baca berita yang ini