Memahami Iliad Kisah Perang Troya dalam Karya Homeros, Fakta atau Fiksi?

Baca Juga

MATA INDONESIA, ATHENA – Raja Pram bersimpuh di depan Achilles, pahlawan Yunani. Pram, raja agung Troya ini datang ke perkemahan Achilles untuk meminta tubuh anak kesayangannya Hector supaya bisa dimakamkan dengan layak.

Pram bersimpuh dan Achilles hanya berdiri menatapnya dengan nanar.

Epic. Adegan indah dan paling terkenal dari Iliad yang ditulis oleh Homeros.

Homeros banyak menghasilkan karya-karya epik yang menarik. Salah satu karyanya adalah Iliad. Ini merupakan buku karya Homer yang menceritakan Perang Troya. Dalam karya tersebut, puisi epik karya dari Homer memuat penyerangan dan pengepungan kota Troya oleh raja-raja Yunani.

Penyusunan Iliad pada tahun 750-700 SM. Namun, sebenarnya asal-usul iliad sudah ada dari lima abad yang lalu, yaitu di era Zaman Perunggu Mycenae. Pada saat itu, orang-orang Mycenae sudah mengenal tulisan meski hanya untuk keperluan pembukuan birokrasi.

Pada tahun 1.200 SM saat kerajaannya runtuh, penggunaan tulisan ikut hilang. Orang-orang di masa itu kemudian mengadaptasi secara lisan dan tetap mempertahankan tradisi tersebut agar tetap ada. Tidak ikut runtuh meskipun kerajaannya runtuh.

Iliad, karya Homer yang menceritakan peperangan Yunani melawan Troya
Iliad, karya Homer yang menceritakan peperangan Yunani melawan Troya

Namun, apakah itu fakta atau hanya sebuah fiksi?

Epik tersebut adalah karya fiksi. Epik itu menceritakan peristiwa-peristiwa beberapa minggu di tahun kesepuluh dan terakhir Perang Troya yang berlangsung antara orang-orang Yunani dan Troya. Peperangan tersebut penyebabnya adalah Helena. Ia seorang Ratu Yunani yang cantik luar biasa. Ia meninggalkan suaminya untuk kawin lari dengan seorang pangeran Troya, Paris.

Dalam puisinya, Homeros menggunakan perumpamaan yang terkenal. Mulai dari luka-luka pertempuan yang penjelasannya cukup gamblang. Tak heran, puisi ini seolah-olah menjadi nyata.

Karakterisasi tokoh-tokoh Homeros juga terasa hidup. Mulai dari Achilles, Hector, Raja Pram, Helena, Paris, hingga Raja Yunani Agamemnon. Pengambaran karakter mereka membuat orang yang membaca puisi ini terasa menjadi satu. Emosi, kesedihan, kemarahan, kegalauan hingga rasa sakit bercampur aduk. Kalimat-kalimat di puisi ini yang terdiri dari 15.693 baris kalimat membuat Iliad terasa menjadi nyata.

Sayangnya, Iliad hanyalah epik yang sangat maskulin. Lemah dalam karakter perempuan. Contohnya adalah karakter Helena sebagai seorang perempuan yang ragu-ragu selalu punya perasaan bersalah yang mendalam sepanjang hidupnya. Dengan cara ini, Iliad tidak hanya mengarahkan jalannya seni, tetapi juga sejarah sosial.

Reporter: Dinda Nurshinta

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Stok Energi dan BBM Aman Selama Libur Tahun Baru 2025

Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan distribusi energi tetap terjaga selama perayaan Natal...
- Advertisement -

Baca berita yang ini