MATA INDONESIA, JAKARTA- Penduduk sebuah desa di pegunungan Himalaya di percaya bahwa tempat itu menyimpan perangkat nuklir yang terkubur di bawah salju dan bebatuan.
Hal itu sontak membuat penduduk desa panik dan desas desus dari kepercayaan itu semakin meledak. Hal ini dianggap sebagai pemicu saat terjadinya banjir dan longsor besar di Desa Raini, Pegunungan Himalaya, India.
Dilansir dari BBC, menurut para ilmuwan, pecahan gletser lah yang menjadi hal utama dari banjir di negara bagian Uttarakhand sekitar pegunungan Himalaya. Pendapat dari para ilmuwan tidak akan dipercaya begitu saja oleh penduduk desa terkait tentang kejadian yang menewaskan lebih dari 50 orang itu.
“Kami pikir perangkat itu punya peranan besar. Bagaimana bisa gletser bisa lepas begitu saja di musim dingin? Pemerintah perlu menyelidiki dan menemukan perangkat itu,” ucap Sangram Singh Rawat selaku Kepala Desa Raini.
Kepercayaan yang sangat menimbulkan ketakutan bagi penduduk Desa Raini itu bermula ketika ada kejadian tak terlupakan tentang spionase di ketinggian gunung. Kejadian berakhir mengakibat beberapa pendaki top dunia saat itu yang menggunakan bahan radioaktif harus turun gunung melepas kewajibannya sebab terjadi badai besar.
Kejadian itu merupakan kerja sama antara Amerika Serikat dengan India di tahun 1960-an. Penempatan perangkat bertenaga nuklir di Himalaya bertujuan untuk menjadi mata-mata pada uji coba nuklir dan penembakan rudal China. Perangkat nuklir yang bahkan telah diledakkan China pertama kali di tahun 1964.
Di tahun 1965, sekelompok pendaki India dan Amerika membawa tujuh kapsul plutonium dengan berat sekitar 57kg. Bersama dengan peralatan pemantau lainnya untuk ditempatkan di atas Gunung Nanda Devi.
Gunung Nanda Devi merupakan puncak tertinggi kedua di India yang berada di dekat perbatasan timur laut negara India dengan China. Gunung itu setinggi 7.816 meter.
Ketika badai salju datang, para pendaki mendapat perintah untuk segara turun dan meninggalkan pendakian. Mereka pun meninggalkan perangkat yang telah dibawanya itu.
Kemudian ketika pendaki kembali ke gunung untuk mencari perangkat yang ditinggalkannya, ternyata perangkat tersebut telah menghilang. Lebih dari setengah abad, sejumlah ekspedisi perburuan di Gunung Nanda Devi tidak menemukan kabar terbaru terkait keberadaan kapsul plutonium tersebut.
Ada yang berpendapat bahwa sampai hari ini, plutonium tersebut telah menghilang, kemungkinan besar terletak di gletser, dan bahkan sudah hancur menjadi debu terbawa ke arah hulu Sungai Gangga.
Walau menurut para ilmuwan pendapat itu berlebihan, tetapi bahan utama atom yang hilang itu menggunakan baterai dengan isotop atau varian unsur kimia yang berbeda. Penurut para ilmuwan, jumlah setengah waktu yang dibutuhkan untuk peluruhan isotope radioaktif tersebut yakni 88 tahun.
Dalam buku yang ditulis oleh penulis perjalanan asal Inggris, Hugh Thompson dengan judul “Nanda Devi: A Journey to the Last Sanctuary”. Ia menuturkan dalam bukunya tentang bagaimana para pendaki Amerika yang diminta untuk menggunakan lotion penggelap warna kulit agar tidak menimbulkan kecurigaan dari peduduk setempat.
Dalam bukunya itu, para pendaki juga disuruh berpura-pura berada dalam ‘program ketinggian’ untuk mempelajari efek kadar oksigen yang rendah pada tubuh mereka.
Ekspedisi yang akhirnya gagal itu dirahasiakan di India hingga tahun 1978. Saat surat kabar Washington Post mengangkat cerita dari laporan Outside. Tertulis bahwa CIA telah memperkerjakan pendaki Amerika untuk menempatkan perangkat nuklir di dua puncak Himalaya guna memata-matai China.
Dalam surat kabar tersebut, ditegaskan bahwa ekspedisi pertama di tahun 1965 harus gagal. Kemudian upaya kedua dilakukan lagi dua tahun kemudian dan berakhir dengan sebutan ‘keberhasilan parsial’ oleh seorang mantan pejabat CIA tersebut.
Sebanyak 14 pendaki Amerika dibayar sekitar US$1.000 perbulannya selama tiga tahun untuk menempatkan perangkat mata-mata tersebut.
Pada bulan April 1978, Morarji Desai yang saat itu selaku Perdana Menteri India memutuskan menjatuhkan ‘bom’ di parlemennya ketika ia mengungkap India dan Amerika Serikat yang bekerja sama untuk menanam perangkat tenaga nuklir. Namun pada saat itu Desai tidak mengatakan secara detail sejauh mana misi itu.
Di bulan yang sama, dikirimkannya Telegram Departemen Luar Negeri Amerika Serikat yang mengatakan bahwa terdapat 60 orang sedang berdemonstrasi di kedutaan Delhi untuk melawan ‘dugaan aktivitas CIA di India’.
Bahkan para pengunjuk rasa juga membawa spanduk yang bertuliskan “CIA keluar dari India” dan “CIA meracuni perairan kita”.
Hingga saat ini, kisah ekspedisi itu lah yang tetap bertahan dan dipercaya. Adapun perangkat nuklir yang hilang, tidak ada yang tahu bagaimana perkembangan terbarunya.
“Perangkat itu kemungkinan sudah longsor, terjebak di gletser dan Tuhan lah yang tahu apa efek dari itu,” ujar salah satu pendaki Amerika, Jim McCarthy.
Di Desa Raini pun terdapat stasiun kecil untuk menguji air dan pasir sungai, juga mengecek apakah terkontaminasi radioaktif atau tidak. Tetapi saat ini belum jelas hasil dari bukti kontaminasinya.
Reporter : Irania Zulia