Konflik Rusia dan Ukraina Gara-gara NATO

Baca Juga

MATA INDONESIA, KIEV – Semua berawal dari NATO (North Atlantic Treaty Organization) atau Pakta Pertahanan Atlantik Utara. Awalnya Ukraina ingin bergabung dengan NATO. Namun Rusia tak setuju dengan keinginan negara bekas jajahannya itu.

Rusia tidak mengizinkan Ukraina karena negara tersebut memiliki ikatan sosial dan budaya yang sama. Bahkan masih banyak populasi etnis Rusia di sana.

Selain itu, secara strategis pemerintah Kremlin bahkan menganggap Ukraina sebagai halaman belakang Rusia. Oleh karena itu, Rusia meminta negara-negara NATO untuk menjamin Ukraina tidak masuk dan bergabung sebagai anggota NATO. Namun, Hal tersebut tak mendapat tanggapan dari NATO.

Hal inilah yang menyebabkan Presiden Vladimir Putin berang. Ia menuding kalau negara-negara barat sengaja menggunakan NATO untuk mengepung Rusia. Dan ingin menggunakan aliansi tersebut untuk menghentikan kegiatan militer Rusia di Eropa Timur.

Putin menganggap kalau Amerika sudah melanggar perjanjian tahun 1990. Saat itu ada perjanjian bahwa NATO tidak akan memperluas aliansi mereka ke Timur. Bagi Putin semuanya sudah harga mati, Ukraina tak boleh bergabung ke NATO.

Marahnya Putin tak membuat NATO keder. Mereka beralasan hanya sejumlah kecil negara anggotanya yang berbatasan langsung dengan Rusia. Dan negara-negara itu bukanlah negara yang kuat secara militer.

NATO terbentu pada tahun 1949 oleh 12 negara, termasuk Amerika, Kanada, Inggris, dan Prancis. Tujuannya untuk melawan ancaman ekspansi Rusia (saat itu masih Uni Soviet) pasca perang. Untuk menanggapi hal tersebut, pada tahun 1955 Rusia/Soviet membuat aliansi militer dengan nama Pakta Warsawa. Atau aliansi pertahanan yang anggotanya adalah negara-negara Blok Timur di Eropa Timur.

NATO
NATO

Namun, runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991 membuat beberapa negara yang tadinya bergabung di Pakta Warsawa beralih menjadi anggota NATO. Sekarang sudah ada 30 Negara yang bergabung dan menjadi anggota NATO.

Karena konflik yang terjadi antara dua negara ini, status Ukraina saat ini masih belum sah sebagai salah satu anggota NATO.

Ukraina saat ini berstatus sebagai Negara Mitra. Artinya negara yang memiliki kemungkinan untuk bergabung dengan NATO di masa mendatang. Karena statusnya inilah yang membuat NATO bergerak memberikan berbagai macam bantuan, termasuk perlindungan.

Beberapa bentuk dukungan NATO seperti, Amerika yang sudah mengirim “Bantuan Mematikan”, sekitar 90 ton ke Ukraina termasuk amunisi untuk orang-orang yang berada di garis depan dan juga Amerika sudah menyiapkan 8.500 pasukan siap tempur, walaupun pasukan tersebut baru akan di kerahkan jika NATO memerintahkan untuk bergerak. Negara Inggris malah sudah menyediakan Rudal Antitank jarak pendek untuk Ukraina.

Untuk memperkuat pertahanan, beberapa negara NATO lainnya, seperti Denmark, Spanyol, Prancis, dan Belanda mengirimkan jet tempur dan kapal perang. Selain alat untuk pertahanan, Prancis juga membantu dalam menyerukan dialog dengan Rusia untuk meredam situasi.

Negara Jerman juga membantu dengan berkomitmen mengirimkan bantuan medis, walaupun sebenarnya Ukraina meminta Jerman untuk mengirimkan senjata pertahanan. Hal tersebut ditolak oleh Jerman karena tidak sejalan dengan kebijakan Jerman untuk tidak mengirimkan senjata mematikan ke zona konflik.

Untuk menghentikan upaya Rusia menginvasi Ukraina, beberapa peringatan juga sudah diberikan. Seperti Joe Biden yang mengatakan kalau Rusia akan membayar dengan harga mahal jika nekat melakukan invasi. Selain itu, Annalena Baerbock, Menteri Luar Negeri Jerman, juga memperingatkan Rusia, kalau setiap eskalasi militer yang dilakukan akan berdampak besar pada rezim Rusia, baik secara ekonomi, politik, maupun strategis.

Sebenarnya, sudah dari tahun 2014, NATO membantu Ukraina. Saat itu, Ukraina berhasil menggulingkan kepemimpinan Presiden mereka yang pro-Rusia, Viktor Yanukovych. Hal tersebut ditanggapi oleh Rusia dengan mencaplok Semenanjung Krimea di Ukraina dan mendorong pecahnya sebuah pemberontakan separatis di timur Ukraina.

"<yoastmark

Melihat apa yang terjadi, NATO tidak tinggal diam. Saat itu mereka memang tidak langsung melakukan intervensi, namun mereka menanggapinya dengan menempatkan pasukan mereka di beberapa negara Eropa Timur. Ada empat unit tempur seukuran battalion multinasional di, Estonia, Latvia, Lituania, dan Polandia. Serta satu kontingen pasukan multinasional di Rumania. Mereka juga memperluas patroli udara di negara-negara Baltik dan Eropa Timur guna mencegat adanya pesawat Rusia yang melanggar perbatasan dengan negara-negara NATO.

Reporter: Desmonth Redemptus Flores So

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Usai Pilkada Berjalan Demokratis, Masyarakat Harus Jaga Persatuan

JAKARTA - Pemilihan Kepala Daerah Serentak 2024 telah dilaksanakan, pelaksanaan demokrasi tersebut berjalan dengan aman, lancar, dan demokratis sesuai...
- Advertisement -

Baca berita yang ini