MATA INDONESIA, JAKARTA – Kutub Selatan yang jarang terjamah oleh orang ini selalu dipenuhi misteri sehingga menimbulkan sejumlah teori konspirasi.
Terlebih untuk penganut teori bumi datar yang percaya Kutub Selatan memiliki dinding untuk membatasi dunia ini dan tidak bisa ditembus oleh siapa pun. Serta Kutub Selatan yang tidak bisa dilewati.
Samuel Rowbotham, salah satu tokoh yang memercayai bumi datar mengungkapkan, bumi adalah sebuah cakram datar yang berpusat di Kutub Utara dan di kelilingi oleh dinding es raksasa Antartika, Kutub Selatan yang tebalnya beberapa ratus meter.
Menurut teori mereka, tujuannya untuk mengahalangi para penjelajah untuk melewatinya serta menutupi fakta bumi ini sebenarnya datar dan memiliki tepi. Teori lain mengatakan, jika dicontohkan sebagai pizza, Antartika bagian dari roti tebal dipinggirnya dengan maksud adanya dinding es tersebut agar samudra-samudra di Bumi tidak bocor ke sisi yang tidak diketahui.
Banyak teori, mulai dari spekulasi ilmiah sampai fanatisme agama, salah satunya tembok es di Antartika di kelilingi samudra lain yang di luar sana ada benua terlarang, yakni Antichtone.
Samuel juga menambahkan, pemahaman manusia terlahang es abadi yang tidak tertembus, membentang lebih jauh daripada dapat dilihat mata atau teleskop yang tersesat dalam bayangan atau kegelapan.
Benua Antartika hingga saat ini tidak bisa dilewati oleh pesawat. Para maskapai kormesil di dunia melarang pesawatnya untuk melintasi Antartika, alasannya karena faktor keselamatan.
Federal Aviation Administrasi (FAA) Otoritas penerbangan Amerika Serikat menjelaskan sebuah pesawat hanya bisa terbang dengan batas satu jam penerbangan dari bandara terdekat jika terjadi keadaan darurat sehingga pesawat bisa mendarat. Aturan itu disebut Extended Range Operation Two Engine Airplanes (ETOPS).
Hubungannya dengan Benua Antartika adalah karena di sana tidak memiliki prasarana yang jauh dari kata lengkap. Jadi, jika terjadi sesuatu dan tidak ada bandara yang mengakomodir kebutuhan pesawat, menyebabkan pesawat tidak bisa mendarat darurat.
Salah satu pilot Amerika Serikat mengatakan, jika terbang di wilayah kutub yang kuat magnet buminya merupakan mimpi buruk bagi sang pilot. Karena arah navigasi pada radar jadi tidak berarti. Selain itu, temperatur esktrem di Antartika juga memengaruhi badan pesawat. Pesawat yang melewati Antartika memerlukan biaya bahan bakar yang lebih besar.
Bagi wilayah Amerika, tidak terdapat bandara yang cukup sebagai tempat pesawat komersil. Belum lagi lokasinya yang berbentuk es, pegunungan, dan tidak dihuni orang.
Jika ada pesawat yang melewati Antartika dan terpaksa mendarat di sana, itu merupakan sebuah bencana. Awak kabin serta penumpang harus bertahan melawan suhu yang ekstrem dan sulit mendapatkan pertolongan karena lokasi yang susah terjamah.
Walau begitu, pesawat yang berukuran kecil seperti pesawat perintis masih bisa terbang ke Antartika. Pesawat yang membawa para peneliti dan pendaki yang ingin mendaki salah satu Seven Summit dunia, yakni Vinson Massif.
Reporter: Laita Nur Azahra