Kiprah Pelatih Bulutangkis Indonesia di Kanada

Baca Juga

MATA INDONESIA, ONTARIO – Indonesia merupakan salah satu kekuatan bulutangkis di dunia. Tak terhitung berapa banyak trofi yang sudah dipersembahkan untuk Tanah Air tercinta, baik dari ajang SEA Games, Asian Games, Olimpiade hingga kejuaran dunia lainnya.

Selain itu, Indonesia juga masyhur dengan deretan pemain terbaik dan kerap melahirkan pelatih hebat. Sinergi antara pemain berbakat dan pelatih hebat pun berhasil menjaga tradisi bulutangkis Tanah Air.

Menariknya, para pelatih Indonesia ini bukan hanya sukses berkontribusi untuk bulutangkis dalam negeri, melainkan juga untuk negara lain. Tak sedikit dari pelatih Indonesia yang memilih berkiprah di luar negeri dan hebatnya, mereka sukses memberikan prestasi mentereng.

Atik Jauhari misalnya yang sukses melatih di sejumlah negara, seperti Thailand, Swedia, dan India. Salah satu pemain hasil didikannya ialah Shaina Nehwal yang berhasil menjuarai Indonesia Open sebanyak tiga kali (2009, 2010, dan 2012), sekaligus sukses meruntuhkan dominasi tunggal putri Cina.

Kemudian ada nama Hendrawan. Sosok yang kini melatih Malaysia sejatinya pernah berkarier di Pelatnas PBSI. Namun tahun 2010, Hendrawan menerima pinangan Negeri Jiran.

Bisa disaksikan bagaimana tangan emasnya membuat sektor tunggal putra Malaysia digdaya. Sebut saja Lee Chong Wei yang bersinar dan menjadi tulang punggung tunggal putra Malaysia. Wajar bila kemudian banyak pihak yang berharap Hendrawan kembali pulang guna meningkatkan sektor tunggal putra Indonesia.

Selain dua nama di atas, pelatih Indonesia lainnya dipercaya menjadi kepala pelatih di salah satu klub bulutangkis di Kanada. Ialah Ruben Gordown Khosadalina yang saat ini melatih untuk Canada Elite Badminton Club yang berlokasi di wilayah Vaughan, Ontario.

Ini bukan pertama kalinya bagi Ruben berkiprah di luar negeri. Sebelumnya, ia sempat menjadi pelatih di Spanyol. Dan sejumlah pengalaman inilah yang membuatnya berharap suatu saat nanti memiliki klub bulutangkis sendiri.

“Sebenarnya tujuan utama saya Amerika, setelah empat tahun di Spanyol, bermain di liga dan melatih di Sevilla. Alasan memilih Kanada karena kotanya bersih, ramah terhadap pendatang, fasilitasnya bagus, begitu juga dengan sistem pendidikan untuk anak-anak,” tutur Ruben kepada Mata Indonesia News.

“Sekarang saya melatih dan menjadi kepala pelatih di Elite Badminton. Saya punya impian, di masa depan saya bisa buka club sendiri,” sambungnya.

Klub tempatnya bernaung baru berdiri tiga tahun dan sejauh ini telah memiliki 200 siswa yang berlatih. Dikatakannya bahwa usia termuda anak didiknya adalah 5 tahun dan yang tertua berusia 57 tahun.

“Di sini orang tua tidak malu untuk belajar. Umumnya mereka mengambil kelas privat. Mereka yang berlatih di sini juga pernah membela Kanada di ajang Olimpiade,” ucapnya.
Untuk latihan dilaksanakan sebanyak 2-3 kali dalam seminggu, tergantung target dan waktu mereka. Sementara siswa yang menuju profesional biasanya berlatih sebanyak 3 hingga 5 kali.

Menariknya, Canada Elite Badminton Club bukan sekadar klub badminton, melainkan juga kerap menjadi ajang penitipan anak.

“Ada yang memang suka badminton atau sekadar untuk penitipan anak. Jadi orang tua mereka bisa shopping,” katanya.

Ruben yang telah dikaruniai dua anak ini menambahkan bahwa putri sulungnya telah mulai berlatih. Meski begitu, ia tidak pernah memaksanya menjadi juara. Disinggung mengenai membela Indonesia atau Kanada, Ruben memiliki jawaban bijaksana.

“Kalau nantinya anak-anak mau bermain untuk Indonesia, tentu kami sebagai orang tua selalu mendukung apa pun keinginan anak-anak. Mana yang terbaik untuk mereka,” lanjutnya.

Namun, Ruben menyadari bahwa masuk Pelatnas di Indonesia bukanlah perkara mudah. Hal ini seperti yang dirasakannya ketika masih aktif menjadi pemain di Tanah Air.

“Tidak mudah untuk masuk pelatnas di Indonesia, setelah masuk saya sempat mengikuti tiga kejuaraan. Akhirnya saya ikut ke Inggris bersama Rexy Mainaky menjadi sparring partner dan main membela Inggris,” ungkapnya.

“Kemudian saya bermain di Liga Spanyol, suatu pengalaman yang luar biasa. Di mana saya dituntut harus menang, harus bisa bahasa Spanyol, selain itu yang tidak terlupakan tentu saja, saya bisa berkeliling dan melihat kota-kota di sana,” tuntas Ruben yang ingin menghabiskan masa tua di Indonesia bersama sang istri.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Peran Sentral Santri Perangi Judol di Era Pemerintahan Prabowo-Gibran

Jakarta - Kalangan santri dianggap menjadi salah satu elemen bangsa yang mampu terlibat aktif dalam pemberantasan Judi Online yang...
- Advertisement -

Baca berita yang ini