MATA INDONESIA, JAKARTA – Korea Utara adalah negara yang paling terisolasi di dunia. Pelanggaran hak asasi manusia sudah umum dilakukan di negeri yang dipimpin oleh Kim Jong Un ini.
Pemerintah Korea Utara juga melarang penduduknya untuk pergi dari negaranya. Mereka memandang penduduk yang kabur sebagai penghianat. Konsekuensi yang diterima oleh para pembelot juga tak main-main. Jika tertangkap saat melarikan diri, mereka akan menghadapi hukuman penjara, bahkan eksekusi mati. Ketika berhasil kabur, keluarga mereka akan diberikan hukuman secara sewenang-wenang.
Sebetulnya, hanya membutuhkan waktu sekitar satu jam saja untuk terbang dari Pyongyang, ibu kota Korea Utara menuju Seoul, ibu kota Korea Selatan. Tetapi bagi warga Korea Utara yang melarikan diri dari rejim Kim Jong Un, perjalanan ini membutuhkan waktu yang sangat panjang. Mereka memulai pelarian ini dengan perjalanan ber mil-mil jauhnya.
Setelah berhasil keluar dari Korea Utara pun, para pembelot masih dihadapkan dengan kesulitan yang ada. Beberapa negara akan memulangkan mereka kembali ke Korea Utara. Ini merupakan mimpi buruk bagi mereka.
Di Tiongkok dan Laos misalnya, jika pihak kepolisian setempat menangkap para pembelot. Mereka akan mengirim pembelot kembali ke tempat asalnya, Korea Utara.
Berbeda dengan kedua negara diatas, di Korea Selatan, para pembelot diterima dengan tangan terbuka. Negeri Ginseng tersebut menganggap warga Korea Utara adalah saudara mereka. Oleh karena itu, tanpa menggunakan visa, passport, atau pun uang, para pembelot bisa diterima dengan mudah di Korea Selatan.
Sedangkan di Thailand, jika para pembelot tertangkap, mereka tidak akan mengirim kembali ke Korea Utara. Sebaliknya, mereka akan mendeportasi para pembelot ke Korea Selatan.
Berikut jalur-jalur yang biasa digunakan untuk melarikan diri dari Korea Utara:
1. Zona Demiliterisasi
Zona Demiliterisasi (DMZ) merupakan wilayah yang memisahkan Korea Utara dari Korea Selatan. DMZ memiliki luas sekitar 240 kilometer (150 mil) dan merupakan wilayah yang paling militer sedunia.
Banyak pasukan militer yang berjaga-jaga disetiap sisinya. Namun, melarikan diri melalui zona ini merupakan pilihan yang berbahaya, terlebih bagi masyarakat sipil. Banyak ranjau yang ditanam di seluruh kawasan ini. Bahkan, penjaga perbatasan tak segan-segan menembak siapa pun yang melewati perbatasan ini.
2. Laut Kuning
Laut Kuning adalah batas laut antara Korea Utara dan Korea Selatan. Ini menjadi jalur yang mudah karena jarak antar negara cukup pendek. Namun, laut ini dijaga ketat oleh pasukan angkatan laut dari kedua negara. Angkatan laut Korea Utara tidak akan ragu untuk membunuh atau menangkap pembelot mana pun. Meski demikian, ada secercah harapan untuk melarikan diri melalui Laut Kuning. Di masa lalu, beberapa perenang profesional mampu melewati laut ini untuk melarikan diri.
3. Laut Jepang
Laut Jepang merupakan batas laut antara Korea Utara dan Jepang. Jalur ini bisa menjadi pilihan bagi para pembelot untuk meninggalkan negara yang terisolasi tersebut. Sebuah kapal dibutuhkan untuk menyeberangi laut ini. Panjangnya laut menjadi tantangan tersendiri bagi para pembelot.
4. Sungai Yalu dan Sungai Tumen
Sungai Yalu dan Sungai Tumen menjadi rute yang populer untuk kabur dari Korea Utara. Meskipun mudah dilewati karena lebar sungai cukup pendek, banyak orang yang tidak selamat saat melewatinya.
Bahkan, banyak mayat yang mengapung di atas kedua sungai ini. Berkat kepopuleranya, banyak tentara Korea Utara yang ditugaskan mengawasi daerah ini, mereka biasanya bersembunyi di tempat yang sulit dilihat. Jika sewaktu-waktu ada warganya yang berniat kabur, mereka langsung tembak di tempat.
5. Gurun Gobi
Terletak di perbatasan Cina dan Mongolia. Gurun ini merupakan alternatif lain bagi warga Korea Utara yang ingin kabur. Gurun Gobi merupakan gurun yang sangat kering, sehingga sangat sulit bertahan hidup di gurun ini. Selain sulitnya mendapatkan bahan makan dan minum, binatang buas siap mengintai siapa saja yang sedang lewat.
Reporter: Diani Ratna Utami