James Bond dan The Beatles Mengubah Reputasi Inggris yang Jadul dan Kaku

Baca Juga

MATA INDONESIA, LONDON – James Bond dan The Beatles. Kedua fenomena budaya pop ini telah menorehkan sejarah yang gemilang bagi Inggris Raya.

Dengan track hits Beatles yang berjudul “Love Me Do” dan film pertama Bond “Dr. No” menjadi awal pengukuhan citra Inggris secara global di tahun 1962.

Inggris terkenal sebagai bangsa monarki yang lekat akan aturan dan kelas sosial. Sejak era Anglo-Saxon hingga Imperium Britania, Inggris hanya punya reputasi seputar penjajahan yang kelam dan kerajaan yang berkuasa yang diikuti oleh rakyatnya yang patuh.

Namun, Tahun 1960-an suasana di Inggris pun berubah. Sebab pada tahun-tahun itu, The Beatles tak henti-hentinya memecahkan rekor di tangga musik dunia. Mereka bahkan diakui sebagai inspirasi oleh Mick Jagger dan Keith Richards, anggota grup musik legendaris Rolling Stones.

Di sisi lain, James Bond juga menjadi ikon di dunia perfilman, khususnya Hollywood, yang tidak terkalahkan dan menjadi salah satu film blockbuster klasik. Banyak produksi film-film dengan gaya seperti Bond.

James Bond memiliki kesan angkuh dan glamor. Ia seorang figur berkelas yang merepresentasikan kaum atas yang berani membela yang lemah. Padahal biasanya penggambaran kaum tersebut justru sebagai penindas. Seorang pria sejati yang menegakkan keadilan dan memberikan kepercayaan serta rasa aman bagi para penontonnya. Kepercayaan bahwa masih ada sosok yang peduli, bertindak adil dan benar, serta tak terkalahkan. Bond adalah superhero yang realistis, hebat walau tidak memiliki kekuatan super.

Selain itu, Bond juga berhasil mengalahkan stigma kalangan atas yang selama ini ‘sama’ semua. Sebuah unsur yang awalnya melekat erat dengan monarki Inggris, karena kelas dan stratifikasi sosialnya yang jelas. Kini terlepas berkat produksi film ini yang begitu sukses dan populer hingga ke berbagai belahan dunia.

Kemudian pada era kepopuleran The Beatles, mereka menjadi grup band musik yang berani berbeda dan mencoba hal baru. Grup ini membuktikan konsep sukses yang tidak melulu tentang kewajiban. Motto yang mereka yakini ialah menyalurkan passion dan bakat setiap orang tanpa peduli latar belakangnya.

Pesan ini menekankan masyarakat bahwa setiap orang itu penting dan pantas untuk mendapat kesempatan. Hal ini memunculkan hasrat bagi para penggemar untuk speak up dan menjadikan The Beatles sebagai panutan.

Para fans membuktikan kesetiaan mereka yang kuat sebagai balasan atas karya-karya The Beatles yang menginspirasi hingga mengubah hidup mereka.

Kini semua orang familiar dengan James Bond dan The Beatles. Media sering menyebut keduanya sebagai Bondmania dan Beatlemania, karena fansnya yang banyak dan pengaruhnya yang begitu besar terhadap pasar Inggris. Sekarang, Inggris adalah negara dengan gaya kepemimpinan budaya dan sistem politik yang meritokratis. Alias lebih ramah dan berbaur. Tidak lagi kaku dan tradisional seperti dulu.

Setelah 6 dekade berlalu, James Bond dan The Beatles tetap menjadi ikon terkemuka pada eranya. No Time To Die muncul lagi dilayar kaca dan menjadi film terlaris sepanjang pandemi Covid-19 sampai Juni 2022 lalu.

The Beatles tetap relevan di masyarakat dan menjadi grup musik nomor 1 di dunia sepanjang zaman. Bersama-sama, keduanya membawa imej yang jauh lebih modern dan keren untuk Inggris.

Penulis: Keshatita

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Webinar Inspiratif Universitas Alma Ata: Peluang dan Tantangan Karir di Dunia UI/UX di Era Digital

Mata Indonesia, Yogyakarta - Menghadapi era digital, Universitas Alma Ata berkomitmen mendorong mahasiswanya untuk membangun karir di dunia UI/UX dengan menggelar webinar bertajuk “Membangun Karir di Dunia Desain UI/UX: Peluang dan Tantangan di Era Digital” pada Sabtu (21/12/2024).
- Advertisement -

Baca berita yang ini