Ini Asal Usul Munculnya Shio di Cina

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Tahun pada kalender Cina dibagi menjadi siklus 12 tahun, sesuai dengan 12 shio yang ada, yaitu tikus, kerbau, macan, kelinci, naga, ular, kuda, kambing, monyet, ayam, anjing, dan babi.

Asal usul sistem astrologi Cina atau yang dikenal juga dengan shio itu berawal pada periode sekitar 475 – 221 SM di zaman negara-negara Cina sedang gencar melakukan peperangan. Lebih tepatnya di zaman penghujung Dinasti Zhou.

Beberapa cendikiawan percaya, karakter hewan dalam 12 shio itu dibawa ke Cina lewat jalur Sutra sekitar waktu yang sama dengan berkembangnya agama Buddha.

Karakter binatang merupakan subyek dari beberapa versi legenda zodiak Cina.

Menurut mitos tersebut, konon pada zaman dahulu kala, masyarakat Cina saat itu tidak mengetahui bagaimana caranya untuk menghitung tahun, bulan, hari dan waktu. Oleh sebab itu, masyarakat memohon dan berdoa kepada Kaisar Langit (Kaisar Giok) untuk mengajarkan cara perhitungan tersebut.

Kaisar Langit kemudian berpikir bahwa Binatang dan Manusia mempunyai hubungan yang sangat dekat. Jika menggunakan Nama Binatang sebagai Nama Tahun, maka Manusia akan mudah mengingatkannya.

Tapi di Bumi terdapat banyak sekali jenis Binatang, bagaimana cara memilihnya?

Kaisar Langit akhirnya memutuskan untuk menyelenggarakan perlombaan penyeberangan Sungai pada Hari Ulang Tahunnya. 12 Binatang yang berhasil menyeberang dan mencapai titik akhir perlombaan lebih duluan akan ditetapkan sebagai panggilan nama tahun.

Cara unik hewan-hewan tersebut menyeberang sungai juga mencerminkan karakter masing-masing dan dikatakan mempengaruhi sifat kepribadian siapapun yang lahir di bawah tanda mereka.

Setelah pengumuman tersebut diumumkan, semua binatang di muka bumi ini ingin memenangkan perlombaan agar nama mereka terdaftar sebagai lambang nama tahun.

Pada waktu itu, Kucing dan Tikus adalah teman baik, mereka sering makan dan tidur bersama. Tikus mengatakan kepada kucing bahwa dia ingin memenangkan perlombaan itu agar nama “Tikus” dapat dijadikan lambang tahun, tetapi kesempatan untuk menang akan sangat kecil karena badannya yang kecil dan juga kemampuan berenang yang kurang baik.

Kucing kemudian berkata “Karena badan kita kecil, kemampuan lari pun tidak cepat, oleh karena itu, kita harus bangun tidur lebih cepat. Si Kerbau biasanya bangun lebih pagi, kita minta si Kerbau untuk membangunkan kita pada hari perlombaan tersebut”. Si Tikus sangat senang setelah mendengarkan nasihat dari si Kucing.

Pada hari perlombaan, sebelum matahari terbit, si Kerbau pun menepati janjinya dengan membangunkan si Tikus dan si Kucing. Si Kerbau juga berbaik hati memperbolehkan si Tikus dan si Kucing untuk duduk di atas badannya.

Sesampainya di pertengahan Sungai, si Tikus kemudian mendorong si Kucing jatuh ke Sungai. Karena si Kerbau hanya fokus pada pertandingan, si Kerbau pun tidak merasakan bahwa si Kucing telah jatuh ke Sungai. Pada saat hampir mendekati titik akhir perlombaan, si Tikus tiba-tiba loncat dari badan si Kerbau dan dengan sekuat tenaganya berlari menuju ke titik akhir perlombaan.

Si Tikus berhasil menjadi yang pertama tiba di titik akhir perlombaan. Sesaat kemudian si Kerbau tiba mendapatkan urutan ke-2.

Beberapa saat kemudian si Harimau pun tiba dengan badannya yang basah kuyup, tetapi hanya dapat urutan ke-3.

Kemudian si Naga muncul dari langit dan menuju ke titik akhir perlombaan, tetapi tiba-tiba si Kelinci muncul dan lebih dulu mencapai titik akhir perlombaan. Sebenarnya si Kelinci juga tidak bisa berenang, si Kelinci hanya meloncat-loncat dengan menginjak badan-badan binatang di permukaan sungai yang ikut dalam perlombaan.

Si Naga terlambat karena memiliki tugas untuk memberikan hujan di daerah timur. Dengan demikian si Kelinci mendapat urutan ke-4 dan si Naga menduduki urutan ke-5.

Tak lama kemudian muncullah Kuda, Kambing, Monyet, Ayam dan Anjing yang berusaha berlari menuju ke titik akhir perlombaan. Tiba-tiba muncul seekor ular besar dari padang rumput dan menduduki urutan ke-6. Kuda mendapat urutan ke-7.

Kambing, Monyet dan Ayam adalah binatang yang tidak bisa berenang. Namun, mereka mencari sepotong kayu besar untuk membantu mereka menyeberang sungai tersebut. Dengan modal sepotong kayu dan saling membantu, akhirnya mereka bertiga juga mampu mencapai titik akhir perlombaan.

Kambing menduduki urutan ke-8, Monyet ke-9 dan Ayam mendapatkan urutan ke-10.

Urutan ke-11 diduduki oleh si Anjing. Si Anjing sebenarnya dapat tiba lebih awal, tetapi karena sifatnya yang suka bermain, si Anjing akhirnya memilih untuk mandi dan bermain air dulu sebelum meyeberang sungai.

Lalu, karena penasaran siapa yang akan menjadi binatang terakhir. Masing-masing binatang sibuk melihat sekitar. Tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara Babi. Semua binatang merasa aneh, Babi merupakan binatang yang paling malas beraktivitas, tapi berniat juga mengikuti perlombaan.

Sesampainya di titik akhir, dengan suara yang terengah-engah, si Babi bertanya kepada binatang-binatang lainnya “Apakah ada Makanan enak di sini?”. Semuanya menertawakan si Babi. Namun, dengan demikian, si Babi berhasil mendapat tempat di urutan ke-12 dalam perlombaan itu.

Ke 12 hewan itu pun menjadi penjaga dari gerbang surgawi Kekaisaran Giok.

Kaisar Langit kemudian mengumumkan para pemenang perlombaan beserta dengan urutannya “1. Tikus, 2. Kerbau, 3. Harimau, 4. Kelinci, 5. Naga, 6. Ular ……”. Tiba-tiba si Kucing muncul dengan badan yang basah dan bertanya kepada Kaisar Langit, “Saya dapat urutan ke berapa?”. Kaisar Langit kemudian menjawab “Anda datang terlambat, perlombaan telah selesai”.

Mendengarkan jawaban tersebut, si Kucing sangat marah dan berkata, “Ini gara-gara si Tikus, saya akan memakannya….”. Cakar si Kucing hampir saja melukai si Tikus, Kaisar Langit dengan cepat mencegah tindakan si Kucing. Dengan hati yang takut dan bersalah, si Tikus kemudian meloncat ke samping Kaisar Langit untuk meminta perlindungan.

Si Tikus memang telah menang dalam perlombaan dan menjadi nomor satu di urutan 12 shio, tetapi karena perbuatannya, setiap saat si Tikus merasa khawatir akan tindakan balas dendam si Kucing.

Setiap melihat Kucing, si Tikus pun ketakutan dan lari menghindarinya. Pada Siang hari, si Tikus bersembunyi di lubang kecil agar tidak bertemu dengan si Kucing.

Akan tetapi, ada beberapa versi mengenai kisah si Tikus dan si Kucing. Ada yang menyebutkan bahwa saat si Tikus melompat dari badan si Kerbau untuk mendarat di titik akhir perlombaan terlebih dahulu, kucing justru jatuh ke sungai. Jadi dalam versi tersebut, si Kucing tercebur bukan karena didorong oleh si Tikus.

Versi lainnya lagi menyebutkan, si Tikus berbohong kepada si Kucing tentang tanggal perlombaan, sehingga si Kucing tiba satu hari lebih lambat dari binatang lain.

Kisah-kisah ini konon menjelaskan kebencian kucing akan air dan mengapa memburu tikus sampai hari ini.

Reporter: Indah Utami 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Semua Pihak Perlu Bersinergi Wujudkan Pilkada Damai

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan momen penting dalam kehidupan demokrasi di Indonesia. Pilkada tidak hanya sekadar agenda politik,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini