Mata Indonesia, Gunung Kidul – Harga telur ayam telah mengalami peningkatan sejak tiga minggu yang lalu. Dugaan kenaikan tersebut disebabkan oleh kenaikan harga pakan yang mahal dan penurunan produktivitas.
Retno Utami, Kepala Seksi Distribusi, Dinas Perdagangan (Disdag) Gunungkidul mengatakan bahwa pemantauan harga di pasar terus dilakukan. Hingga saat ini, harga telur merupakan bahan pokok yang mengalami kenaikan tertinggi.
“Kalau kenaikan harga sejak tiga minggu yang lalu kan mencapai Rp32 ribu per kilogramnya. Itu cukup tinggi,” jelas Retno, Kamis 25 Mei 2023.
Meskipun demikian, Retno mengakui bahwa harga sudah mulai turun menjadi sekitar Rp30 ribu per kilogram berdasarkan pemantauan terakhir.
Namun, harga tersebut masih tetap tinggi. Menurutnya, harga normal telur seharusnya dijual dengan harga Rp27 ribu per kilogram.
Dia menjelaskan bahwa upaya pengawasan terhadap produsen telur di Gunungkidul telah dilakukan. Salah satu faktor yang menyebabkan harga jual tinggi adalah harga pakan yang mahal.
“Tak hanya pakan ayam, indukan ayam yang sudah memasuki fase afkir, akhirnya berdampak pada penurunan tingkat produktivitas karena indukan afkir tidak dapat bertelur lagi,” kata dia.
Retno mengakui bahwa saat pengawasan terhadap produsen, pergantian dengan indukan baru sudah dilakukan. Namun, untuk mencapai produksi maksimal, waktu yang dibutuhkan masih cukup lama.
Salah seorang pedagang di Pasar Candirejo, Semin, Sudarti, mengakui bahwa dia masih menjual telur dengan harga Rp32 ribu per kilogram. Dia belum berani menurunkan harga karena distributor telah menetapkan harga yang tinggi.
Menurut Sudarti, kenaikan harga telur hampir sebanding dengan harga daging ayam potong, dan kondisi ini telah berlangsung dalam beberapa waktu terakhir.
“Ya diharapkan harga dapat turun dan kembali normal. Harga telur seharusnya lebih murah dibandingkan harga ayam, seperti yang biasanya terjadi dalam keadaan normal,” ujar dia.