Hanya di El Salvador, Jual Beli di Kaki Lima Bisa Gunakan Uang Kripto

Baca Juga

MATA INDONESIA, SAN SALVADOR  – Bagaimana rasanya membeli barang di kaki lima dengan uang kripto?

Nah di El Salvador, uang kripto menjadi alat pembayaran yang sah bagi seluruh warganya. Dari pernak-pernik, makanan, hingga bensin dan bahkan rumah – Anda dapat membeli hampir semua barang di El Salvador dengan Bitcoin.

Anda bisa bertransaksi dengan mata uang kripto di banyak tempat. Dari pedagang kali lima sampai supermarket. Ini menunjukkan betapa jauh perkembangan Bitcoin sejak pertama kali muncul dalam sebuah forum internet pada tahun 2008. Negara di Amerika Tengah itu sudah menggelontorkan jutaan dolar ke bitcoin dan menjadikannya alat pembayaran yang sah sejak awal tahun 2022 ini. Pemerintah sudah mendorong masyarakat untuk menggunakannya dalam transaksi sehari-hari.

Keputusan Presiden Nayib Bukele menjadikan mata uang kripto sebagai alat pembayaran yang sah harus dijalankan semua bisnis, selain mata uang El Salvador lainnya, dolar AS.

Tetapi kejatuhan terbaru mata uang kripto telah memunculkan lebih banyak pertanyaan tentang kebijakan tersebut. Terutama penggunaan dana publik sebesar hampir USD 100 juta (Rp1,4 triliun) untuk membeli Bitcoin.

Sekarang, 2.300 bitcoin milik El Salvador bernilai setengah dari harga belinya. Menteri Keuangan El Salvadir masih menepis berbagai kritik dengan mengatakan bahwa itu resiko fiskal yang sangat minimal.

Pantai Bitcoin

Gerakan Bitcoin di El Salvador berawal di El Zonte, sebuah kota kecil di pantai selatan tempat berselancar dan memancing. Pada tahun 2019, seorang donor anonim tiba-tiba saja membagi-bagikan mata uang kripto ke sejumlah warga dengan nilai yang cukup besar.

Tidak ada yang tahu siapa pemberi uang kripto ini. Si donor ini hanya berpesan bahwa orang yang menyimpan koin digital tersebut tidak boleh menukarnya dengan dolar.

Sejak itulah, di tempat wisata ini, muncul ekosistem sirkular berbasis Bitcoin pertama di dunia. Orang-orang bertransaksi dengan menggunakan Bitcoin – sistem uang internet peer-to-peer. Mulai dari membeli kebutuhan sehari-hari, bertransaksi bisnis hingga penggunaan jasa.

Ide ini memang radikal. Padahal di seluruh dunia Bitcoin hanya dapat digunakan untuk jual-beli online saja.

El Zonte sejauh ini telah menerima sekitar USD 350.000 (Rp 5,1 miliar) dari sang dermawan anonim. Jumlah ini cukup signifikan untuk kota yang kumuh namun indah ini. Sekarang El Zonte terkenal dengan sebutan Pantai Bitcoin.

Pandemi Covid-19

Semua berawal saat Pandemi Covid-19 dua tahun lalu. Katerina Contreras, warga di pantai tersebut mendapat penawaran mengikuti pelatihan menjadi penjaga pantai. Namun anehnya, bayaran untuk mengikuti pelatihan ini menggunakan mata uang Bitcoin.

”Kemudian selama enam bulan kami bekerja sebagai penjaga pantai, gaji yang kami terima dengan Bitcoin,” kata Katerina.

Tak hanya Katerima, nyaris semua warga saat itu mendapat penawaran pekerjaan dengan iming-iming gaji Bitcoin. Selain itu tiba-tiba saja sejumlah kafe dan warung makan membuka pembayaran dengan Bitcoin.

Akibatnya, demam Bitcoin pun melanda warga El Zonte. Apalagi tiba-tiba saja ada donatur yang memberikan uang bitcoin ini dengan cuma-cuma dan jumlah yang cukup besar.

Dampak dari tren Bitcoin ini ternyata meluas ke seluruh dunia. El Zonte pun penuh dengan turis yang memanfaatkan Bitcoin sebagai alat pembayaran. Perekonomian di pantai ini meningkat.

Namun, tetap saja Bitcoin hanya berlaku di sekitar pantai. Ketika menjauh dari pantai, uang yang beredar tetap uang yang berlaku di pasar yaitu uang tunai, baik dolar AS maupun

Dompet bersubsidi

Pemerintah El Salvador sebenarnya tidak berencana untuk memaksa bisnis menerima Bitcoin. Meski, regulasi soal ini sudah ada.

Uang tunai masih berkuasa di sini, dengan lebih dari setengah warga El Salvador tidak punya rekening bank. Presiden Bukele telah menyalurkan USD 200 juta (Rp 2,9 triliun) dana publik ke dalam aplikasi dompet Bitcoin bersubsidi. Namanya Chivo.

Presiden Nayib Bukele
Presiden Nayib Bukele

Siapa pun yang mengunduh aplikasi tersebut mendapatkan USD 30 (Rp 450.000) dalam bentuk Bitcoin ketika mendaftar. Sehingga aplikasi ini diunduh empat juta kali di negara berpenduduk 6,5 juta jiwa.

Namun banyak orang menggunakan aplikasi ini untuk transaksi dalam dolar, bukan Bitcoin. Cara ini sering digunakan. Misalnya oleh orang-orang yang bekerja di luar negeri dan mengirim uang ke keluarga mereka di rumah, karena tidak ada komisi atau biaya transfer.

Dan ada pertanda bahwa setelah lonjakan minat di awal, orang-orang semakin jarang menggunakan Chivo. Insentif lain untuk menggunakannya muncul pada akhir Februari, dengan pembukaan rumah sakit hewan paling canggih di negara itu.

Banyak orang dan hewan peliharaan mereka mengantre di rumah sakit ini. Hal ini karena murahnya perawatan hewan, bahkan operasi yang kompleks, harganya cuma 25 sen – selama dibayar dengan aplikasi Chivo, dan terutama dalam Bitcoin.

Dana Moneter Internasional (IMF) sebenarnya telah mendesak El Salvador untuk membalikkan keputusannya membuat Bitcoin menjadi alat pembayaran yang sah. Dengan alasan bahwa itu terlalu tidak stabil untuk tujuan ini. Seorang ekonom lokal Tatiana Marroquin khawatir dengan kebijakan pemerintah terkait dengan Bitcoin ini.

Ia mengatakan pemerintah tidak punya cukup uang untuk membantu orang-orang yang rentan. Jadi menurutnya pemerintah tidak mengambil risiko dengan menggelontorkan dana publik ke dalam mata uang kripto.

Ia juga menilai pemerintah kurang transparan. ”Kita tidak tahu persis kapan atau dengan uang apa mereka membeli Bitcoin.”

Namun, Menteri Pariwisata Morena Valdez bersikeras warga Salvador tetap percaya kepada Presiden Bukele, meskipun nilai Bitcoin terus turun.

”Kita tahu bahwa setiap keputusan presiden dibuat pada saat yang tepat. Orang-orang sangat percaya pada keputusannya dan arah ekonomi negara ini,” katanya.

Negara-negara lain agaknya sedang mempertimbangkan untuk mengikuti langkah El Salvador, sebelum mata uang digital ini jatuh nilainya pada Mei 2022 lalu. Salah satunya adalah Republik Afrika Tengah. Presiden negara itu, Faustin-Archange Touadéra, mengumumkan langkah tersebut di Twitter, menyebut Bitcoin sebagai “uang universal”.

Bitocin City

Presiden Bukele telah mengumumkan rencana untuk membangun kota baru – Bitcoin City – yang berlokasi di kaki gunung berapi yang akan menyediakan energi panas bumi dan menggerakkan tambang Bitcoin raksasa.

Dia berharap untuk mengumpulkan uang dengan menjual obligasi yang disebut Volcano Bonds senilai USD 1 miliar (Rp14,7 triliun), yang rencananya dijual pada bulan Maret 2022 lalu. Tetapi sampai sekarang penjualan obligasi itu belum muncul.

Para pejabat mengatakan mereka yakin akan dapat mengumpulkan dana – dan membayar tagihan utang luar negeri yang membengkak sebesar USD 800 juta (Rp 11,8 triliun).

Tetapi kejatuhan mata uang kripto menambah tekanan pada pemerintah selama mereka terus bertaruh besar pada Bitcoin.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini