Film The Duke, Kisah Nyata Pensiunan Supir Bus Mencuri Lukisan Mahal

Baca Juga

MATA INDONESIA, LONDON – Pada 1961, sebuah lukisan potret Duke of Wellington karya pelukis Francisco Goya hilang dari Museum Galeri Nasional di Inggris.

Nah, kasus pencurian lukisan buatan 1814 ini diangkat dalam film The Duke.

Sekilas ke belakang. Jika Anda pernah menonton Film James Bond pertama, Dr NO dalam sebuah adegan, agen 007 ini memasuki markas penjahat, Dr No. Langkah sang agen sempat terhenti sejenak ketika dia memandangi sebuah lukisan berpigura emas.

Penonton zaman sekarang mungkin tak paham adegan beberapa detik itu ternyata berkaitan dengan lukisan ini. Film yang produksi pada 1962 itu memperlihatkan lukisan potret Duke of Wellington karya pelukis Francisco Goya pada 1814.

Lukisan The Duke of Wellington karya Goya
Lukisan The Duke of Wellington karya Goya

Di film itu, sebenarnya menceritakan bahwa lukisan yang hilang dari Museum Galeri Nasional di London pada 1961, itu ada di markas Dr NO.

Saat lukisan itu hilang, pihak kepolisian Inggris kebingungan untuk mencari jejaknya. Sehingga butuh waktu lama untuk mengungkap kenapa lukisan mahal ini bisa dengan mudah tercuri dari sebuah museum yang penjagaannya sangat luar biasa ketat.

Lukisan ini sebelumnya milik bangsawan Inggris, John Osborne, Duke of Leeds. Dia menjualnya kepada seorang kolektor asal Amerika Serikat, Charles Wrightsman, seharga 140.000 pounds (Rp 2,7 miliar) melalui lelang.

Namun, pemerintah Inggris tak mau lukisan ini keluar dari negaranya. Kementerian Keuangan Inggris kemudian bekerja sama dengan lembaga amal the Wofson Foundation melakukan penawaran dengan harga yang sama.

Dari rentetan kejadian ini, tiba-tiba saja lukisan ini terkenal di seluruh Inggris. Warga berbondong-bondong ke Museum Galeri Nasional untuk menyaksikan lukisan mahal itu sehingga penjagaan pun berlangsung ketat.

Akan tetapi, sesaat sebelum Galeri buka pada pagi hari tanggal 21 Agustus 1961, para penjaga menyadari lukisan itu raib. Mereka tidak melihat ada penyusup, tiada kerusakan, dan tiada jejak peralatan atau senjata di lokasi kejadian.

Insiden seperti ini tidak pernah terjadi selama 138 tahun sejarah Museum Galeri Nasional. Inggris pun gempar.

Pada November 1965, empat tahun setelah pencurian, Inggris kembali gempar. Seorang pensiunan sopir bus berusia 61 tahun dari Kota Newcastle datang menghadap aparat. Ia menyatakan mengambil lukisan potret Duke of Wellington.

Dengan santai di depan media yang meliputnya, pria itu mengatakan ia tidak pernah berniat mencuri dan menyimpannya. “Satu-satunya tujuan saya mencuri ini adalah untuk membayar tagihan izin televisi. Selama ini saya miskin dan tak bisa membayar tagihan televisi.”

Pengakuan pria bernama Kempton Bunton ini meruntuhkan dugaan bahwa lukisan dicuri penjahat dari jaringan internasional.

Peristiwa ini menjadi bahan tertawaan dunia.

Tahun 2022, cucu Kempton Bunton, Chris Bunton ingin mengangkat peristiwa ini menjadi sebuah film. Ide nakal Chris adalah membuat film komedi. Karena ia merasa peristiwa pencurian oleh kakeknya itu adalah sesuatu yang lucu. ”Ini adalah kisah perjuangan kelas pekerja. Keluarga kami [Kempton] tidak punya uang. Makanya saya ingin buat film ini bukan karena kami miskin, tapi ini perjuangan,” ujar Chris.

Ia mengandeng Roger Michell sebagai sutradara dan penulisan naskah oleh Richard Bean dan Clive Coleman. Film ini menggambarkan bagaimana Kempton Bunton kehilangan putrinya, Marion yang mengalami ecelakaan sepeda. Hal ini membuat Kempton berduka dan punya perasaan bersalah.

The Duke dibintangi Jim Broadbent sebagai Kempon Bunton dan Helen Mirren sebagai istrinya. Film ini berkisah tentang Kempton Buton seorang pekerja keras dan sering bersimpati dengan tetangga-tetangganya maupun rekan kerjanya. Kempton warga asli Newcastle. Ia sering dipecat karena membela rekan-rekan kerjanya di hadapan atasan. Di waktu senggangnya, ia menjadi seorang penulis naskah drama. Namun, naskahnya sering sekali ditolak berbagai pihak, termasuk oleh BBC.

Ia juga seorang aktivis yang menganggap televisi sebagai hiburan bagi para pensiunan, khususnya bagi para veteran Perang Dunia I seperti ayahnya. Di Inggris, apabila seseorang memiliki televisi, maka dia harus membayar iuran lisensi tahunan. Jika tidak membayar, maka ia akan melanggar hukum. Menurut Kempton, nominal iuran tersebut terlalu besar untuk orang-orang miskin. Ia pernah protes dan menolak membayar sehingga ia merasakan jeruji penjara hingga 3 kali pada tahun 1960.

Masalah iuran televisi inilah yang menjadi akar masalah dari pencurian lukisan yang dilakukannya.

Pada 1961, ia mendengar bahwa pemerintah telah membeli sebuah lukisan dengan harga yang sangat mahal. Ia merasa itu tidak adil. Ia pergi ke museum tersebut. Saat itu jendela di toilet pria tidak terkunci dan sistem alarm mati setiap pagi ketika para petugas pembersih datang bertugas. Ia memutuskan untuk mencuri lukisan tersebut dan membawanya pulang ke rumahnya.

Masyarakatpun heboh. Apalagi tak ada jejak sama sekali. Setelah mencurinya, Kempton kemudian mengirim surat kaleng yang berisi sebuah janji untuk mengembalikan lukisan tersebut apabila mereka menyumbangkan uang sebesar £140.000 ke lembaga amal. Namun sayangnya surat tersebut tidak mendapat respons.

Pada Mei 1965, ia menaruh lukisan itu di tempat penitipan koper di Stasiun New Street, Kota Birmingham. Kuitansinya kemudian dia kirim ke tabloid Mirror. Enam minggu kemudian, ia pergi ke kantor New Scotland Yard dan mengaku sebagai pencuri lukisan karya Goya. Saat proses peradilan, ia menyuarakan mengenai mahalnya lisensi televisi setiap bulannya.

Ia menjalani hukuman selama tiga bulan karena telah mencuri bingkai lukisan. Namun ia merasa puas karena sudah mengemukakan suaranya serta mengelabui para penyelidik kejahatan paling brilian di Inggris.

Reporter: Dinda Nurshinta

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Antonius Fokki Ardiyanto Anggota DPRD Kota Yogya Tertarik Posisi Calon Wakil Wali Kota Yogyakarta

Mata Indonesia, Yogyakarta - Antonius Fokki Ardiyanto atau sapaan akrabnya Fokki yang saat ini masih aktif sebagai Anggota DPRD Kota Yogyakarta telah melakukan pendaftaran diri Bakal Calon Wakil Wali Kota Yogya, melalui PDI Perjuangan Jumat (3/5/2024).
- Advertisement -

Baca berita yang ini