Dukun di Indonesia Masih Dipercayai Sampai Saat Ini, Mengapa?

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Sebut saja namanya Pak Rahmat. Warga setempat menghormati dan menghargai dia sebagai ‘Orang Pintar.’ Tinggal di sebuah rumah cukup megah untuk ukuran di sebuah kampung di kawasan Bogor. Di sebelah rumahnya ada pondok dan mushala kecil dengan kolam ikan. Di garasi rumah terdapat lima kendaraan mewah berjejer seolah menandakan kekayaan si pemilik rumah.

Konon, menurut warga setempat, selain artis terkenal, sejumlah pejabat top daerah maupun pusat sering berkunjung ke rumah tersebut. Pak Rahmat memang tak pernah bergaul dengan tetangga-tetangganya, namun keluarganya cukup dekat dengan masyarakat sehingga warga pun menghormati Pak Rahmat.

Tidak hanya Pak Rahmat yang sering didatangi orang untuk mengadukan masalahnya atau ingin mengubah nasibnya. Di beberapa daerah, fenomena orang pintar alias dukun ini sudah menjadi hal yang jamak. Orang-orang yang mengalami kefrustasian sosial lebih menyandarkan hidupnya dari ucapan atau nasihat dukun dan orang pintar ini. Mulai dari masalah keuangan, jodoh, rejeki, cara mempertahankan jabatan, disukai orang hingga masalah percintaan.

Dukun banyak dijadikan sebagai tempat mencari solusi ketika manusia menemui masalah. Hal ini jelas tak sesuai dengan tuntunan ajaran Islam yang selalu mengajarkan untuk selalu meminta hanya kepada Sang Pencipta.

Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj mengatakan persoalan dukun ini sebenarnya sudah ada sejak dulu. Namun dalam Agama Islam, hal itu haram hukumnya.

Menurut Said, ilmu dukun dan sihir itu memang ada sejak dulu, karena tertera dalam Al Quran dan Hadis. Menurutnya, dukun itu sama dengan manusia biasa. Jadi, jika meminta dukun untuk mengabulkan permintaan seseorang, tidaklah tepat. Jalan satu-satunya untuk memohon adalah pada Tuhan, Allah SWT.

”Kebanyakan paranormal yang sekarang itu bohong,” ujar Said.

Para dukun dan paranormal tersebut menurutnya menawarkan solusi pada masalah, terutama pada materi dengan cepat dan ‘ces pleng’. Pada kenyataanya, tak semua permintaan orang yang lari ke dukun tersebut bisa terkabul, malah banyak yang merasa dirugikan dan ditipu.

Said mengimbau umat Islam agar lebih berhati-hati dan bersabar ketika menginginkan sesuatu. Ia juga mengharapkan para ulama bisa lebih dekat dengan umatnya.

Supranatural

Dukun atau orang pintar adalah seseorang yang memiliki kelebihan dalam hal supranatural. Ia biasanya dapat memahami hal tak kasat mata serta mampu berkomunikasi dengan arwah dan alam gaib.

Budi Agustono, Guru Besar Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara berpendapat praktik perdukunan telah dikenal ratusan tahun lalu dalam masyarakat nusantara.

Seorang dukun lazimnya mempunyai kelebihan kekuatan seperti mampu membaca pikiran orang, memiliki tenaga dalam, berpengetahuan magis, meramal, mengobati bermacam penyakit, memiliki kesaktian dapat membantu siapa saja untuk mengubah nasib.

Menurutnya dukun mampu mengubah nasib seseorang menjadi kaya, menaikkan dan mempertahankan jabatan, melindungi diri, dan membuat tenang saat berhadapan dengan orang lain. ”Masyarakat Indonesia hidup di dunia agraris. Mereka masih terbalut fenomena polimorpik yaitu orang berfungsi banyak peran,” katanya.

Sehingga orang-orang seperti itu bisa dimintai pertolongan untuk menentukan hari hajatan hidup, menanam padi, mengobat orang sakit, meminta berkah keselamatan, dan sebagainya. Atau saat masyarakat belum mengenal spesifikasi pekerjaan peran orang sakten (sakti) selalu tampil dalam menata kehidupan bermasyarakat.

Dalam kehidupan keseharian sekarang ini, meski masyarakat sudah terdigitalisasi namun mereka masih memerlukan jasa dukun dalam menyelesaikan problem kehidupan. ”Misalnya ketika ada pencurian. Selain melapor ke polisi, mereka juga meminta bantuan paranormal untuk menemukan kembali barangnya,” ujarnya.

Saat menghadapi masalah, pola pikir manusia terbagi menjadi empat

  • Akal sehat (common sense)
  • Magic (upacara atau praktik mempersuasi makhluk gaib)
  • Sains (scientific)
  • Agama (religion)

Setiap manusia pun memiliki pola pikir dominan yang berbeda-beda. Hal-hal magis juga masih ada hingga kini karena keyakinan masyarakat bahwa langkah tersebut memberikan “jawaban” yang lebih cepat daripada cara atau pola pikir lainnya.

Antropologi Universitas Indonesia Imam Ardhianto menilai masyarakat modren pun masih banyak yang percaya dengan masalah magic seperti babi ngepet dan santet.  Tak hanya itu, magic seolah menjadi kritik terhadap lembaga modern yang gagal memenuhi janji baik dalam mobilitas sosial, kesehatan, atau pencapaian psikologis.

Reporter : Adinda Catelina Fadjrin

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Bersinergi Menjaga Netralitas Pemilu Demi Pilkada yang Berkualitas

Jakarta - Netralitas aparatur sipil negara (ASN) menjadi perhatian utama dalam menjaga kualitas Pilkada Serentak 2024. Badan Pengawas Pemilu...
- Advertisement -

Baca berita yang ini