Ditunggu Penggemar Tolkien, Serial Rings of Power Ternyata Mengecewakan

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Ternyata, setelah kurang lebih satu bulan rilis di Amazon Prime, The Rings of Power yang merupakan salah satu seri TV termahal dan paling ditunggu-tunggu, malah mengecewakan.

Para penonton banyak memberikan kritik pada serial yang merupakan prekuel dari trilogi The Lord of The Ring dan Hobbit ini. Tak hanya itu, kritik juga datang dari penikmat karya JRR Tolkien ini.

Pasalnya, setelah menonton dua episode pertama, penonton mengaku merasa bosan karena visualisasi film yang terlalu realistis dan plotnya yang berantakan. Walaupun bersanding dengan dialog mistis yang kental.

”Kau tahu itu buruk jika reviewnya lebih menghibur dari acara sebenarnya” ujar seorang netizen yang mendapat 1.800 likes.

“Sepertinya daya tariknya hanya sampai yang ketiga. Komentar saya yang pertama hapus.” ungkap netizen dengan 3000 likes.

“Akhirnya, film The Hobbit mendapatkan pengakuan yang pantas mereka terima. Berkat umpan balik negatif dari seri ini LoL” cuit netizen dengan 400 likes.

The Rings of Power merupakan seri adaptasi dari film petualangan fantasi paling epik The Lord of The rings. Berlatarkan zaman kedua di Dunia Tengah. Ribuan tahun sebelum petualangan Frodo dan kawan-kawan. Berabad-abad setelah perang besar antara Morgoth, makhluk seperti dewa kejahatan tertinggi, dan para elf.

Seri ini menceritakan kisah tentang bagaimana penyihir Sauron, seorang pelayan Morgoth yang dulu setia, pertama kali naik ke tampuk kekuasaan melalui penemuan 19 cincin, yang diam-diam ia kendalikan oleh satu cincin utama.

Ada banyak elemen yang berubah dalam seri ini ketika kita membandingkannya dengan film trilogi pendahulunya. Terutama dalam aspek karakter. Galadriel yang awalnya menjadi karakter pendamping kini menjadi karakter utama, Frodo dan Sam yang dulunya merupakan dua pria kerdil berubah menjadi dua anak perempuan yang bernama Nori Brandyfoot dan Poppy Proudfellow.

Galadriel
Galadriel

Selanjutnya, adapun elemen yang sekiranya baik dari serial ini, seperti karakter yang beragam yang mencakup lebih banyak wanita dan orang kulit hitam. Rupanya menurut netizen, unsur ini kurang relevan dengan jalan cerita Tolkien, yakni seluruh karakter Lord of the Rings terinspirasi dari Inggris dan Skandinavia, yang secara alami membuat mereka semua berkulit putih.

Keinginan memunculkan aspek baru seperti women empowerment dan keberagaman karakter yang harusnya memberikan nilai positif, justru membuat seri ini memberikan ruang bagi diskusi. Antara dua spektrum yang berbeda.

Di satu sisi, ada pihak yang menilai seri ini sangat menginspirasi dan memberikan pengalaman menonton yang baru dan fresh. Di sisi lain, ada pula pihak yang menganggap adaptasi karakter yang berubah ini menjadikan penggambaran yang buruk terhadap pria berkulit putih, baik dari karakter terdahulu maupun secara umum. Hal ini merupakan alasan lain pertimbangan penonton tentang mengapa acara TV ini menjadi kurang menarik. Karena menimbulkan isu rasisme yang sensitif.

Saat ini, serial TV The Rings of Power mendapat rating ulasan sebesar 3.2/5 di Amazon dengan 18.525 votes. 6.9/10 di IMDB dengan 18.404 votes. Dan 3.1/5 dari Google Reviews. Total biaya produksi senilai USD 718 juta menurut Wall Street Journal, dengan total 5 episode dalam satu musim.

Penulis: Keshatita

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini